Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Dina, Kegadisannya Terenggut, Namun Tidak Merenggut Semangat dan Harapannya! [Inspirasi Untuk Wanita 22]

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12974025631436109656

"Kegadisanku boleh terenggut oleh para bajingan, tetapi aku tak mengijinkan siapapun boleh merengut semangat dan harapan hidupku!" (Dina Yuliasari P)

[caption id="attachment_90097" align="alignleft" width="338" caption="Semangat dan Harapan adalah hidupku//Gettyimages"][/caption]

*Dina (18) adalah gadis belia dan ceria. Enak diajak bicara dan menjadi incaran para pemuda di kampung kami. Senyumnya kadang harus membuat aku menelan ludah. Suaranya yang agak manja, kadang juga membuat hatiku tak menentu.

Tatapannya, ehm, tak jarang harus membuatku mengalihkan pandangan, takut tak tahan menahan gelora muda. Kulitnya putih bening dengan ukuran tubuh yang proposional memang membuatnya menjadi gadis yang aduhai.

Dina memang menjadi primadona para pemuda desa. Setiap pemuda tentu berharap dari memetiknya menjadi kekasih. Aku sendiri? Diam-diam berharap juga sebenarnya untuk dapat memilikinya.

Namun aku tahu diri, karena Dina dari keluarga berada, sedangkan aku hanya pemuda biasa. Walaupun Dina sendiri tidak pernah membedakan dalam pergaulan.

Sungguh indah melihat hari-hari yang dilalui Dina. Keceriaan dan senyuman tak pernah lepas dari wajahnya. Bahagia, demikian aku mengartikan.

Tetapi siapa yang dapat menduga jalan hidup ini. Apa yang akan terjadi kedepannya selalu menjadi misteri.

Suatu malam, saat rintik-rintik air dari langit menyirami bumi. Saat penduduk sudah terlelap dalam mimpinya. Sekelompok orang bertopeng menyatroni kediaman Dina dengan membawa senjata tajam.

Sungguh kejam. Bukan hanya harta yang dikuras para perampok ini. Tetapi saat melihat kemontokan tubuh Dina, mereka tergoda untuk menggerayanginya. Kebetulan saat naas itu, di rumah Dina hanya ditemani para pembantunya. Kedua orangtuanya sedang keluar kota.

Malam yang sungguh kelam dan kejam. Kegadisan Dina harus terampas oleh para bajingan yang dengan buas melalap tubuhnya. Dina tak berdaya. Para pembantunya tak kuasa menolongnya, sebab mereka juga menjadi korban dan terikat.

Airmata Dina seakan tiada habis untuk diteteskan. Dunia terasa gelap dalam sekejap. Sulit baginya untuk tersenyum lagi. Dina tak habis pikir, mengapa peristiwa ini harus dialami.

Kesucian yang menjadi kehormatannya tanpa perasaan dirampas oleh para lelaki jahanam yang sudah kerasukan setan. Dina telah menjadi korban.

Desa yang tadinya aman dan teduh, segera menjadi gaduh. Para penduduk tidak percaya peristiwa itu bisa terjadi di kampuang mereka. Apalagi Pak Joko, bapaknya Dina adalah orang terpandang dan baik.

Aku sendiri juga tidak habis pikir, peristiwa hina itu bisa menimpa Dina. Tetapi aku masih bersyukur kejadian itu tidak sampai merengut nyawanya. Kehilangan kegadisan memang aib yang memalukan bagi seorang gadis.

Untuk beberapa saat peristiwa ini sungguh membuat Dina trauma dan berduka. Melewati hari-hari harus ditemani airmata. Kuliahnya pun sementara tak bisa dijalani. Keluarga dan kerabat tiada henti untuk menghiburnya. Takut Dina mengambil langkah yang salah. Bunuh diri misalnya.

Sampai suatu saat aku berkesempatan bertemu dengannya. Aku berusaha memahami dan menghiburnya. Sampai kemudian Dina berkata,"Mas, aku harus bangkit, dunia ini tidak boleh kiamat hanya gara-gara peristiwa itu. Kegadisanku boleh hilang, namun semangat dan harapanku tak boleh hilang dari diriku. Itu tidak ada yang bisa merenggutnya dariku!"

Secercah aku melihat senyumnya, walaupun masih tertahan. Aku mengangguk dan memberikan dukungan.

"Ya, Din. Saya percaya padamu. Kamu pasti bisa menghadapi semua ini!"

"Memang pahit, mas, kejadian yang harus Dina alami. Benar-benar bencana. Kalau tidak ingat Tuhan, rasanya Dina sudah terjun ke laut. Tetapi semua itu tentu tidak boleh mencelakai semangat hidupku. Bahkan aku bertekad, dengan kejadian yang aku alami ini, aku termotivasi untuk membantu para wanita yang bernasib seperti yang aku. Sebab aku bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi korban perkosaan!"

Aku mulai merasakan gelora semangat Dina dari nada bicaranya. Ada energi tekad yang kuat terlintas diwajahnya.

"Kamu memang wanita yang luar bisa. Aku percaya kamu pasti bisa menjadi sandaran para wanita kelak yang bernasib naas menjadi korban nafsu lelaki bejat!" Kataku tak mau kalah semangat. Tanpa kusadari Dina menatapku lekat-lekat. Jadi malu!

"Ehm, mas, kira-kira apakah masih ada yang mau ya sama saya yang jadi korban perkosaan ini?" Dina berkata dalam nada sedikit guyon sambil memandangiku.

"Pasti ada dong! Contohnya sa. . . Eh, siapa ya?!"

Akhirnya tawa kami membahana di taman rumahnya tempat kami menikmati senja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline