Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Ahmadiyah dan Keganasan Agama, Siapa Yang Salah?

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agama yang seharusnya menciptakan kedamaian dan perdamaian, tetapi mengapa masih ada darah yang mengalir?
Sebab amarah dan nafsu lebih dijadikan sebagai agama!

*
Sekali terbukti lagi, agama yang ada belum juga membawa kedamaian dan perdamaian bagi kehidupan.
Pertentangan agama masih saja terjadi, bahkan nyawa tak lagi berharga.

Lagi, umat Ahmadiyah menjadi korban. Entahlah siapa yang salah. Karena saya tidak mengerti sejarah. Tetapi yang saya tahu adalah bahwa membunuh dengan nafsu dan amarah itu perbuatan yang salah.

Sebab saya pernah membaca sejarah, ketika terjadi perang, dimana seorang jenderal besar pasukan Islam telah siap-siap memancung jenderal musuhnya. Namun entah keberanian apa yang dimilikinya, sehingga meludah jenderal pasukan Islam yang hendak memancungnya.

Seketika Sang Jenderal timbul amarah besar karena merasa terhina. Tetapi apa yang terjadi?
Sang Jenderal mengurungkan niatnya untuk menebaskan pedangnya.
Mengapa?

Karena niat membunuhnya kini telah dipenuhi amarah dan benci dan itu baginya adalah kesalahan.

Banyak teladan dalam sejarah telah dicontohkan oleh para nabi dan tokoh. Namun umat beragama sekarang tetap saja mengedepankan nafsu dan amarahnya. Tak heran darah masih terus mengalir dimana-mana atas nama membela agama.

Keangkuhan dan merasa yang paling benar selalu menjadi masalahnya. Kemudian menciptakan ada yang salah dan harus disingkirkan, karena itu dianggap kehendak Tuhan.
Membunuh sesama dengan perasaan bangga dan seakan sebagai pahlawan.

Dimanakah sikap sebagai umat beragama yang seharusnya mengasihi sesama seperti yang diajarkan?
Dimanakah para tokoh agama yang seharusnya bisa menentramkan para umatnya?
Kemanakah pemerintah yang seharusnya dapat bersikap tegas dan tidak membiarkan darah terus mengalir?

Darah telah mengalir dan nyawa telah terenggut. Ada kesedihan, tetapi ada juga yang masih rela bersuka cita karena merasa telah menang.
Amarah dan nafsu masih belum mereda.

Sekali lagi, saya tidak dapat menilai mana yang salah dan yang benar. Lebih baik bertanyalah kepada nurani dalam kesunyian pagi ini.
Apakah hati yang mengasihi atau kebencian yang terjadi?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline