Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Teh Inah, Jadi TKI di Arab Saudi, Suami Kawin Lagi! (Inspirasi Untuk Wanita 19)

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Banyak kisah suka dan duka para TKI. Menyenangkan dan menyedihkan. Membawa kebahagiaan juga tragedi.
Bekerja setengah mati, suaminya kawin lagi. Tetapi semua harus dilakoni walaupun terasa perih!

*
Awalnya datang bekerja di daerah ini, aku sempat berkelakar, bahwa begitu sulitnya bisa menemukan wanita cantik. Karena pasti semuanya sudah pergi keluar negeri menjadi TKI.

Di daerahku bekerja kini, memang termasuk salah satu "penghasil" TKI yang cukup besar dan otomatis memberikan pendapat devisa yang lumayan untuk propinsi Jawa Barat.
Penduduknya terobsesi untuk pergi dan pulang membawa banyak materi, terlepas resiko yang harus dihadapi.

Begitu banyak kisah yang kudengar dari orang-orang yang aku kenal. Dari kisah sukses sampai kisah menyedihkan.
Pulang membawa banyak uang sampai hanya pulang membawa kandungan saja.
Pulang dengan wajah berseri-seri sampai ada yang hampir gila.

Kisah-kisah para TKI yang dikerjai majikannya sudah menjadi cerita basi. Bukan hanya TKI yang wanita saja yang menjadi korban keji ini. Tetapi para TKI lelaki pun menjadi obyek pelampiasan seks majikan wanitanya yang tinggi.

Namun cerita yang tersebar memang lebih banyak wanita yang menjadi korban. Tetapi demi untuk kehidupan keluarga yang lebih baik, para wanita harus rela meninggalkan keluarga di kampungnya. Walaupun tahu resiko yang akan terjadi.

Bahkan seorang karyawan dimana aku bekerja, istrinya memaksa untuk pergi menjadi TKI. Sebab pendapatan suaminya senin-kemis, sulit untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Anak-anak harus sekolah, tapi kesulitan biaya.

Karena sudah tahu jejak hitam kisah para TKI yang bekerja di Timur Tengah, sang suami mengambil langkah untuk cerai sementara selama istrinya bekerja diluar sana. Aku tidak tahu maksudnya apa.
Katanya kalau nanti pulang bisa dilakukan kawin ulang lagi.

Sungguh aku tak begitu paham maksudnya. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala dan bertanya,"Kenapa bisa begitu?"

Dari sekian banyak kisah yang ada, terselip sebuah kisah tentang Teh Inah. Wanita berumur 35 an yang rumahnya tak jauh tempatnya dimana aku bekerja.

Niat baik menjadi TKI demi keluarga, karena suaminya bekerja hanya dengan penghasilan pas-pasan. Pada akhirnya mendapat balasan yang tidak setimpal dari suaminya.

Menjadi TKI memang menjadi salah satu pilihan yang mengiurkan orang-orang di kampung. Keinginan untuk bisa hidup layak mengalahkan catatan-catatan hitam yang harus dialami para TKI.

Teh Inah rela pergi dan setiap penghasilannya dikirim pulang untuk suami agar bisa menghidupi keluarga dan bersekolah anaknya. Semuanya berjalan lancar tanpa sedikitpun curiga pada suami tercinta.

Dalam suka duka bekerja jauh diseberang. Menahan rasa rindu dan ingin segera pulang. Namun demi setiap bulan bisa mengirim pulang uang, Teh Inah sabar melakoni masa kontrak kerjanya.

"Waktu itu yang dipikirkan adalah bagaimana keluarga bisa senang dan anak-anak bersekolah, kang! Habis bagaimana lagi? Hanya dengan jadi TKI, penghasilannya yang lumayan.!" Cerita Teh Inah suatu ketika.

Beruntung Teh Inah mendapatkan keluarga yang cukup baik, sehingga tidak terjadi kisah yang macam-macam padanya.
Tetapi justru kisah pahit yang menyayat hatinya terjadi di tanah air.

Suami yang begitu dicintai dan dipercaya, menghianatinya. Uang hasil kerja kerasnya di Saudi, sebagian digunakan untuk kawin lagi.

Hal ini diketahui ketika sudah pulang ke tanah air karena masa kontraknya telah habis.
Wanita mana yang tidak akan sakit hati bila mengalami peristiwa ini?
Bagai petir menyambar disiang hari. Hati bagai tertusuk sembilu.

Tiada habis pikir mengapa tega suaminya berbuat begini. Sampai rela kawin lagi dengan seorang wanita belasan tahun. Hanya berbeda sedikit saja umurnya dengan pertamanya.

Berkecamuk rasa benci dan perih. Sesuatu perasaan yang alami karena merasa dihianati.

Lalu apa kemudian yang terjadi?

Teh Inah, tak sudih dipoligami dan lebih memilih biarlah ia yang pergi. Membiarkan suaminya mencintai wanita pilihannya. Tetapi dengan satu syarat, anak-anak harus tinggal bersamanya.

Tetapi atas kejadian ini, Teh Inah tidak membalas sakit hatinya kawin lagi. Teh Inah lebih memilih menjalani hidupnya untuk membesarkan anak-anaknya.

Demi anak-anak Teh Inah tidak begitu saja memutuskan tali silaturahmi dengan suaminya.

"Kecewa dan sakit hati sih. Tapi setelah dipikir-pikir aku mencoba melupakan dan tetap menjalin komunikasi demi anak-anak!" Kata Teh Inah legawa.

"Lebih baik ikhlas sajalah, mungkin ini sudah nasib. Lebih baik berpikir kedepan daripada harus terus menengok kebelakang!" Begitu prinsip Teh Inah.
"Setiap peristiwa bagaimanapun pahitnya, pasti ada hikmahnya kalau mau diambil, ya bu?." Kataku mengutip kata-kata bijak yang masih ampuh.

"Iya, kang, sekarang aku juga sudah bisa bahagia dengan keadaanku. Karena tidak mau ribet memikirkan apa yang sudah terjadi. Sudah senang bisa lihat anak-anak tumbuh besar dan baik, walau tanpa didampingi seorang suami!" Ujar Teh Inah bangga dengan tersenyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline