Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Sang Pemarah Yang Sulit Diubah (50k - Aku dan Sang Guru)

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12950965261030531191

Sifat-sifat buruk pada manusia memang sulit untuk dihilangkan dan dibuang. Memerlukan tekad dan kemauan yang kuat dan terus menerus untuk menghilangkannya. [caption id="attachment_84812" align="alignleft" width="294" caption="justordinarynda.blogspot.com"][/caption]

* Diantara puluhan murid yang setia mengikuti Sang Guru, ada seorang yang sangat temperamental. Sulit sekali mengendalikan emosinya. Padahal sudah sekian lama mengikuti Sang Guru. Biasa ia dipanggil Li. Nama yang pendek dan unik. Li berumur 30 tahunan. Badannya tegap dan tampan, namun jarang tersenyum. Pekerja keras. Aku tidak banyak tahu tentang asal usulnya, karena itu tidaklah penting bagiku.

Hanya sifat pemarahnya yang sulit untuk dihilangkan. Padahal ia sudah berusaha untuk mengendalikan dirinya. Tetapi Sang Guru selalu sabar membimbingnya.

"Guru, aku sangat ingin menghilangkan sifat pemarahku, tetapi mengapa selalu gagal. Sudah sekian lama aku mencoba, seakan tiada hasilnya dan sifat pemarah itu setia menemaniku!" Li berkata saat meminta bimbingan Sang Guru.

"Setiap manusia memang baik adanya. Tetapi memiliki sifat-sifat bawaan yang sulit untuk dihilangkan. Begitu mengakar dan menancap kuat. Untuk menghilangkannya susahnya ibarat memisahkan kulit dari dagingnya. Tetapi dengan berlatih dan bertekad, suatu saat pasti bisa dihilangkan!" Sang Guru memberikan wejangannya.

"Guru, sebenarnya aku malu dengan diriku yang masih pemarah ini!" Li berkata sendu dibalik wajahnya yang keras.

Sang Guru memandangi Li yang menunduk. Diperhatikannya dengan hati yang penuh kasih. Didalam aula untuk berkonsultasi dengan Sang Guru hanya ada kesunyian.

"Sahabatku, aku tahu engkau sudah berusaha dan engkau sangat rindu untuk berubah. Tetapi belum berhasil juga. Bersabar dan terus berlatih dalam ketekunan, engkau pasti bisa berhasil, sahabatku!" Ketulusan Sang Guru mengharukan Li untuk semakin bertekad berlatih.

"Terimakasih Guru! Guru selalu baik padaku, padahal selama ini aku selalu saja menyusahkan guru!"

"Sahabatku, itu adalah tugas seorang guru. Kalau engkau tidak menyusahkan, bagaimana aku bisa memberi bimbingan. Kalau aku memiliki semua murid Baik-baik, bagaimana aku memiliki kesempatan untuk memberikan pengajaran?!"

Sungguh sebuah sikap yang bijak dan kerendahan hati dari Sang Guru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline