Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

#K (Kasih, Lebih Mengasihi atau Mengasihani?)

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Refleksi Diri Dari A-Z:


Kasih yang dimiliki setiap manusia adalah bagaikan pelita untuk menerangi kegelapan. Tetapi adakah kasih itu telah tumbuh di hatiku?


Kata tentang kasih mungkin saja sudah bosan kudengarkan dan kutuliskan. Tetapi sudahkah aku telah memahami maknanya dengan sepenuh hati?

Apakah hidupku telah diisi dengan mengasihi sesama, sebagaimana aku yang mengaku mengasihi Tuhan?
Kasih adalah sebuah ketulusan tanpa pamrih. Sungguh-sungguh hanya memberi dengan panggilan nurani.

Kasih adalah tanpa membedakan dan ada perbedaan, mengalir dari kedalaman relung hati penuh kerendahan hati.
Berani menunduk merendahkan hatinya untuk memahami orang-orang yang membencinya.
Kasih itu adalah memaafkan tanpa syarat.
Kasih adalah dapat memahami penderitaan makhluk lain dengan berdaya upaya untuk membebaskan.
Kasih itu tidak berpangku tangan tetapi rela sepenuhnya berkorban.

Aku adalah manusia yang memiliki hati untuk mengasihi, tetapi sungguh sayang aku lebih memilih untuk mengasihani.
Sebab kasih yang kumiliki hanya ada di ruang pemikiran dan sebatas pada kata-kata indah tanpa realisasi nyata.
Sungguh hanya dalam omong kosong belaka.

Seharusnya aku menutup muka dan pantas menjadi malu manakala kasih itu belum mampu aku wujudkan dalam kehidupan nyata kepada sesama.

Dalam sejarahnya banyak jejak-jejak teladan yang telah ditinggalkan oleh para nabi dan para suci tentang mengasihi. Rela mengorbankan kasihnya yang kecil untuk menyebarkan kasih yang lebih besar secara universal melampaui batas tempat dan waktu. Bahkan sampai saat ini masih bisa aku rasakan.
Seharusnya semua kasih yang ada dapat memberiku motivasi dan inspirasi untuk mewujudkan kasih itu dalam kehidupan nyata.

Alangkah berartinya satu perilaku mengasihi dari seribu kata mengasihani. Alangkah lebih indahnya kasih itu terwujud dalam laku, daripada kata kasihan dari kejauhan.
Kebenarannya adalah kasih itu bukan kata-kata.
Bila hanya bisa mengasihi dalam kata-kata itu baru sekadar mengasihani saja.
Betapa kasihannya aku bisa hanya bisa melakukan sebatas itu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline