Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Jaim Itu Penting dan Perlu!?

Diperbarui: 4 April 2017   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penting untuk jaga image sebagai manusia, agar berlaku layaknya sebagai manusia!
Jaim juga bisa membuat kita menjadi perilaku dalam pergaulan dalam masyarakat.

*
(Jaim (ja-im) adalah singkatan dari kata jaga-image yang merupakan suatu perilaku untuk menyembunyikan sikap yang sebenarnya dengan mengharapkan orang lain menganggap subjek sebagai seseorang yang memiliki kepribadian yang tenang, dan berwibawa. Jaim seringkali bukan merupakan perilaku yang sebenarnya, dalam arti yang positif jaim lebih dimaksudkan pada sikap untuk menjaga perilaku agar tetap tenang dalam menghadapi situasi yang sulit.)

# dikutip dari id.wikipedia.org/wiki/

Ada yang mengatakan, bahwa jadi orang itu tidak perlu jaim. Tidak petinggi! Lebih baik tampil apa adanya diri kita.
Tidak perlu munafik dengan diri kita yang sebenarnya.
Benarkan jaim tidak penting?
Bukankah jaim adalah penting?

Coba kita perhatikan, perusahaan besar atau perusahaan publik rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit demi untuk menjaga image perusahaan. Rela memutuskan hubungan dengan para figur publik yang menjadi dutanya_bintang iklan_ bila bermasalah di masyarakat. Yang bertujuan agar image para dutanya yang rusak tidak berdampak buruk.

Berapa biaya yang harus dikeluarkan seorang publik figur demi untuk membangun dan menjaga image-nya? Kalau tidak penting pasti tidak akan bertindak sebodoh itu.

Mengapa kita harus alergi dengan istilah jaim? Bukankah dalam makna jaim ada terkandung sisi positifnya?
Justru orang yang tidak suka jaim terkesan arogan dan tidak sopan serta hidup semaunya.

"Saya itu orangnya memang demikian, kamu mau apa?! Tidak usah sok jaim deh. Tidak usah munafik!" Kira-kira demikian bahasa yang diucapkan ketika seseorang ditegur atas prilaku yang semaunya.

"Jangan sok jaim deh. Jangan suka ngatu-ngatur orang! Inilah saya apa adanya! Asik tau, tak perlu jaim!" Dengan nada ketus diucapkan seseorang yang tidak senang ditegur temannya karena pakai kaos oblong dan sendal jepit.

Bukankah di dalam agama atau ilmu etika kita diajarkan untuk menonjolkan hal-hal yang baik dan menyembunyikan keburukan? Tampilkan kebaikan yang ada pada diri kita. Jangan tonjolkan kejelekannya. Sebenarnya dengan demikian bisa melati diri kita untuk menjadi lebih baik dan memperhalus budi.
Lebih jauh lagi, sebagai manusia kita perlu untuk belajar jaim.

Kenapa?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline