Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Perpisahan Yang Indah_Ketika Cinta Berlabuh di Desa Rangkat 9

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12895703441004591359

Perpisahan....Adalah harapan awal dari keindahanMemupuk rindu untuk dilampiaskan Dalam kemesraan cinta [caption id="attachment_74980" align="aligncenter" width="300" caption="ewilestari.blogspot.com"][/caption] Minggu pagi diujung bulan November . Ketika embun pagi masih tersisa di dedaunan. Mentari pagi masih terasa menghangatkan.

Di halaman rumah, sepasang insan yang sedang  berbahagia dalam rasa cinta. Berdiri berhadapan saling menggenggam tangan dengan eratnya setulus hatinya. Sang pria meletakkan kedua tangan sang wanita dalam genggaman di dadanya untuk merasakan suara cintanya dan seluruh perasaannya. Tak terpisahkan, menyatu dalam kerinduan! Hening. Burung-burung berhenti berkicau.

Sepasang kekasih impian Desa Rangkat, Kate van Brekeeley dan Uleng Tepu menjelang saat perpisahan.

"Uleng, abang pergi dengan membawa segenap cinta dan kerinduanmu! Akan kembali membawa sejuta harapan dan kebahagiaan. Selamat berpisah hari ini, untuk esok yang indah!"

"Abang Kate, Uleng akan dalam kesetiaan dan ketulusan menanti saatnya untuk berjumpa dengan rasa yang tak terlukiskan. Aku akan menjadi bidadarimu yang memberikan kebahagiaan!"

Lambaian tangan mengiringi perpisahan itu. Tak ada sesal, yang ada harapan untuk berjumpa kembali!

"Sampai jumpa, kekasihku!"

*________________________________________________

Rangkaian Kata penulis kisah ini:

Diawali oleh sebuah keterpaksaan dan memaksakan diri untuk menuliskan cerita ini demi berpartisipasi dan rasa solider sebagai warga Desa Rangkat serta atas penghargaan kepada seorang wanita yang bernama Komala Sari alias Mommy. Tetapi kemudian justru harus saya akhiri dengan rasa ketidakrelaan untuk mengakhiri kisah ini. Karena saya sudah merasakan nikmatnya menulis cerita ini.

Mengapa saya harus mengatakan keterpaksaan? Ya, karena saya tidak mempunyai kepercayaan diri untuk menulis cerita (cerpen). Didalam pikiran saya selalu berkata, bahwa saya tidak (akan?) bisa menulis cerpen. Ditambah lagi, saya memang tidak begitu suka membaca cerpen! Apalagi cerpen tentang cinta. Bikin mengantuk saja!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline