Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Bodoh Ah! Merah, Kuning, Hijau Yang Penting Jalan!

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketidakdisiplinan di jalan raya adalah keseharian para pengendara. Apakah ini cerminan masyarakat yang sulit mengikuti aturan?

*

Hari ini, seorang pemuda yang sedang membonceng seorang wanita seenaknya melaju ketika sudah lampu merah menyalah. Kendaraan yang melaju dari arah lampu hijau kelabakan menghindari.

Kemarinnya seorang bapak yang membonceng anak dan istrinya juga demikian, seenaknya mencuri star untuk melaju dimana seharusnya berhenti karena lampu merah masih menyalah. Tentu saja kendaraan dari arah lampu hijau yang sedang melaju kebingunan.

Di Jakarta dan sekitarnya perilaku ini setiap hari bisa ditemui. Disiplin berlalulintas, khususnya menyangkut rambu-rambu lampu sudah sangat berkurang.

Rasanya setiap hari harus geleng-geleng kepala pertanda tak mengerti.
Karena perilaku ini selain membahayakan diri sendiri juga orang lain.

Akhirnya saya hanya bisa menghibur diri untuk menemukan alasan atas ketidakdisiplinan ini.
Semua ini bisa dijadikan pembenaran untuk menghindari ketidakdisiplinan para pengendara.

Kemungkinan orang yang menerobos lampu merah itu berprinsip "waktu adalah uang", karena memang sedang mengejar waktu untuk sampai tujuan disebabkan harus tepat waktu untuk mendapatkan uang banyak.

Bisa saja pengendara ini tidak mengerti aturan lalulintas karena baru datang dari kampung yang belum ada rambu lampu merah, kuning, dan hijau.
Kemungkinan lain si pengendara buta warna.

Bisa dibayangkan ketika lampu-lampu seketika mati disetiap perapatan. Dijamin pasti kacau balau arus lalulintas, karena setiap pengendara ingin lebih mendahului.

Pertanyaan saya adalah apakah ketidakdisiplinan ini terjadi karena masyarakat yang masa bodoh terhadap aturan lalulintas atau saya yang terlalu bodoh memikirkannya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline