Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Ramaditya : Kebohongan Publik dan Kejujuran

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kebohongan dan Kejujuran, Pasti Selalu Ada Dalam Perjalanan Hidup Yang Sedang Kita Lakoni. Masalahnya adalah Seberapa Berani Kita Mengakui Kebohongan Yang Pernah Kita Lakukan???

* + * + * +

Setelah sekian lama menyimpan kebohongan dengan mengakui karya musik digital games orang lain, akhirnya seorang blogger tunanetra yang bernama Eko Ramaditya Adikara, secara terbuka mengakui kebohongan publik yang telah dilakukannya selama ini.

Pengakuan ini membuat sebagian besar publik terkejut, tak percaya seorang Rama bisa melakukan plagiat, dan juga mengecam perbuatan plagiat yang telah dilakukan Rama.
Pujian berbalik jadi cacian. Kekaguman merubah jadi kemuakan.
Namun ada juga yang bersikap menghargai kejujuran Rama yang telah mengakui kebohongannya.

Apapun alasan dan pembenarannya, perbuatan mengakui karya orang lain sebagai karena sendiri adalah perbuatan tidak terpuji dan tidak patut dilakukan seseorang yang masih memiliki harga diri.
Plagiat, apalagi untuk tujuan komersil, sebenarnya selain merugikan orang lain juga merugikan diri sendiri. Itu sama artinya tidak menghargai jerih payah dan kerja keras orang lain yang karyanya kita jiplak.

Oleh sebab itu, seorang plagiator yang mencari untuk keuntungan sendiri memang perlu mendapatkan sanksi. Untuk sementara ini, Rama telah mendapatkan sanksi moral dari publik berupa hujatan dan kecaman. Kemudian juga buku karyanya "Power Blind" ditarik dari peredaran oleh penerbitnya. Untuk sanksi hukum, sampai saat ini belum terdengar beritanya.

Tetapi diatas perbuatan plagiatnya, secara jujur saya merasa salut dan kagum untuk kejujuran yang dilakukan Rama untuk mengakui perbuatannya. Karena tidak semua orang bisa dan sanggup melakukannya. Bahkan bila perlu melakukan perlawanan dan mencari pembenaran, seperti banyak dilakukan para pejabat dan publik figur selama ini.

Seperti juga dengan pengakuan Rama yang sebenarnya juga ingin melakukan perlawanan, tetapi akhirnya mengikuti suara hati kecil untuk mengakui perbuatannya.
Karena untuk bisa mengakui sebuah kebohongan memerlukan keberanian, , kerendahan, dan kebesaran jiwa.

Keberanian diperlukan untuk siap menerima resiko yang akan berdatangan akibat kejujuran yang diungkapkan. Karena terkadang kita masih sulit menghargai sebuah kejujuran. Berani siap menghadapi kenyataan untuk diasingkan dari pergaulan.

Kerendahan hati, juga sangat dibutuhkan karena sebagai manusia yang memiliki besarnya keegoisan dan gengsi biasanya akan sulit dan berat untuk mengakui kesalahannya.

Kebesaran jiwa tentunya juga harus dimiliki bila ingin mengakui sebuah kesalahan. Karena dimana pasti akan mendapatkan hinaan dan kritikan tajam. Bila tidak ada kebesaran tidak mungkin akan bisa bersikap jujur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline