Kemenangan bukan segalanya, bisa menerima kekalahan mungkin akan menjadi lebih berharga.... [caption id="attachment_195038" align="aligncenter" width="380" caption="blogfortikofbadiaxia2.wordpress."][/caption] Saya yakin, sebagian besar dari kita sudah sangat familiar dengan kisah kancil dan kura-kura yang bertanding lari, dan kita semua juga sudah mengetahui hasil akhirnya. Yaitu kura-kura yang keluar sebagai pemenangnya. Namun saya yakin banyak diantara kita yang pasti belum tahu, kisah selanjutnya, apa yang terjadi! Baiklah, saya akan melaporkan hasil investigasi saya untuk diketahui khalayak mengenai hal ini. Ternyata si kancil tidak begitu saja mau menerima kekalahannya dengan lapang dada, sehingga ia menjadi uring-uringan. Tidak enak makan, tidak enak tidur. Namun dari semua itu, ia merasa harga dirinya telah dinodai oleh si kura-kura yang begitu lamban, yang bukan keturunan ninja. Kancil harus menanggung rasa malu yang begitu besar, karena menjadi ledekan para penghuni hutan sebagai pecundang. Siapa yang sanggup menanggung malu? Akhirnya, setelah beberapa waktu berlalu, si kancil masih dalam dada yang sesak, menelepon ke kura-kura melalui telepon jadulnya. Tet tot tet tut tat tit ...."Haloooooooooo, bisa bicara dengan mister kuyak?" Dari seberang menyambut sebuah suara," Halo, juga! Apa? Maaf, disini tidak ada yang namanya kuyak, ya! Kuyak itu sedang pergi menyulap!" "Oh, maaf, maksud saya , mister kura-kura!" Kancil membetulkan penyebutannya. "Iya, saya sendiri, ada urusan apa ini?" Terdengar suara kura-kura yang berat dan serius. "Masih ingat dengan saya? Saya adalah si kancil yang kamu kalahkan dulu. Saya bermaksud mengajak kamu tanding ulang. Pada waktu itu saya kalah, hanya karena ketiduran, gara-gara malamnya nonton Piala Dunia. Jadi anggap itu sebagai hadiah. Bagaimana?!" Ketus si kancil. "Oke, oke, siapa takut!" Jawab kura-kura dengan tenang dan melanjutkan, "Kita mau bertanding dimana? Dengan sombongnya, kancil menjawab,"Terserah anda saja, dimanapun oke saja. Karena aku pasti akan menang dan mengalahkanmu dengan telak. Tidak mungkin saya akan melakukan kesalahan yang kedua kali!!!" Kemudian kura-kura memutuskan untuk bertanding disebuah bukit dan dengan enteng disanggupi oleh kancil. Pada hari yang ditentukan, berkumpullah para penghuni hutan dan tentunya singa sebagai raja hutan yang akan menjadi jurinya didampingi oleh si rubah. Singa juga yang akan memberikan aba-aba dengan menembakkan pistol. Sesaat sebelum perlombaan dimulai, kancil masih dengan sombongnya mengatakan."Hai , kur, kamu pasti mulai ketakutan, kan? Karena kamu sudah merasa akan kalah? Karena siapa yang kalah, akan diasingkan dari hutan ini, dibuang ke laut!" Kura-kura dengan santai menanggapi dengan sunggingan senyum. Bersiap-siaplah, kura-kura dan kelinci untuk memulai perlombaan dari atas bukit dan menuruni bukit. Begitu singa menembakkan pistolnya dan terdengar suara menggelegar, maka dengan secepat kilat kura-kura memasukkan kepala dan kakinya kedalam batoknya dan segera bergulingan menuruni bukit. Tentu saja kancil menjadi kaget dan hilang kewaspadaan sehingga kakinya terkilir. Kura-kura dengan selamat sampai terlebih dahulu di kaki bukit. Ternyata sejarah belum bisa dirubah dan kancil tetap harus menerima kekalahan untuk kedua kalinya. Kancil selalu merasa dirinya cerdik dan berlari cepat, tetapi kancil tidak tahu , ternyata kura-kura lamban-lamban menghanyutkan dan lebih cerdik lagi. Karena konon kura-kura adalah keturunan dewa... he he he Memang kesombongan pada akhirnya akan selalu kalah dengan cara apapun juga. Karena didalam kesombongan sulit untuk menemukan sebuah kerendahan sebagai kunci untuk menjadi pemenang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H