Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Tempat Ibadah yang Sesungguhnya di Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Diperbarui: 28 Maret 2021   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

#Sebuah bisikan hati saat aku berada ditempat ibadah sebagai umat Tuhan yang telah merasa menjadi baik, ketika keangkuhan akan hadir :

"JANGANLAH ENGKAU MENGANGGAP BAHWA TEMPAT-TEMPAT YANG PALING SUCI DAN MULIA BAGIMU UNTUK BERIBADAH ADALAH RUMAH-RUMAH IBADAH YANG DIBANGUN DENGAN MEGAH. BUKAN! 

TETAPI TEMPAT IBADAH YANG SUCI ITU ADALAH DIDALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARIMU DIMUKA BUMI INI."  

Apakah ibadahmu masih ada bernilai, ketika di dalam rumah ibadah dengan khusuk engkau memuja-muji Tuhan-mu, sedangkan ketika di jalanan atau di rumah engkau menghina saudara-saudaramu? Ketika engkau telah merasa baik sebagai umat Tuhan, maka hanya kebanggaan dan keangkuhan yang engkau dapatkan. Tetapi takada yang dapat engkau berikan pada kehidupan di sekitarmu dan itu hanya menjadi sebuah ibadah yang kosong.

Seorang pendeta pernah mengatakan, kalau ingin tahu sifat pendeta yang sebenarnya, tanyakan saja sama pembantunya. Mengapa? Karena dia orang yang setiap hari di rumah , dan apakah dengan seorang pembantunya dia bisa menaruh hormat seperti pada seorang pejabat? Dari situlah bisa dinilai sifatnya sesungguhnya. Sebab, seseorang yang telah ber-Tuhan, dimanapun baginya adalah tempat baginya untuk beribadah dan memuliakan Tuhannya.

Karena itu  dikatakan lebih lanjut lagi, banyak pelayan-pelayan , saat di tempat ibadah menjadi malaikat, tapi begitu sampai di rumah menjadi tak ubahnya "setan" . Tak jarang, kita sebagai manusia suka bermuka dua. Sebuah ungkapan yang yang sangat sesuai keadaan kehidupan kita pada saat ini yang langsung menusuk hati. Tetpai juga mencerahkan.

Bagaimana dengan kita, sebagai seorang yang mengaku-ngaku punya agama yang "terbaik"? 

Apakah ibadah kita hanya terbatas di tempat-tempat ibadah yang kita anggap sebagai rumahnya Tuhan? 

Tetapi ketika sudah berbaur dalam kehidupan sehari-sehari sudah sulit dibedakan, apakah masih ber-Tuhan atau ber-hantu?

Apakah ketika didalam rumah ibadah engkau mengatakan mengasih-Nya, tetapi tatkala melangkah di jalanan, kebencian telah merebak didalam dirimu?

Atau kita hanya bangga  dengan mengenakan simbol-simbol keagamaan untuk membuktikan bahwa kita ini adalah orang yang beragama dan ber-Tuhan? Tetapi dalam  tindakannya  dikehidupan sehari-hari tak kalah dengan yang tidak beragama sekalipun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline