Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Pesantren Gratis Sepi, Hiburan Malam Bayar Selalu Penuh.....Mengapa?

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saat kegelapan batin telah menyelimuti. Kebaikan dan kesalahan tak bisa dibedakan, makna kehidupan telah terkaburkan. Mengapa agama tak lagi mencerahkan batin? [caption id="attachment_98717" align="alignleft" width="300" caption="petak-tujuh.blogspot.com/"][/caption] Saya pernah mendengar seorang ustad yang sering muncul di televisi , dengan setengah bercanda menjawab pertanyaan tentang kegiatan pesantren gratis yang diadakannya pada masa liburan sekolah. "Sepi, padahal diadakannya secara gratis ,yang daftar cuma 65 peserta , tapi kalau tempat - tempat hiburan malam yang bayar aja selalu penuh setiap hari!"

Ini hanyalah salah contoh fenomena kehidupan manusia dijaman sekarang yang lebih tertarik kepada keduniawian daripada kerohanian . Lebih tertarik untuk melumuri tubuh dan pikiran ini dengan kesenangan sesaat daripada untuk membersihkannya demi kesenangan dimasa depan. Jalan menuju kepada kebaikan sesungguhnya begitu lapang dan luas, sedangkan jalan menuju kesalahan itu begitu sempit dan sulit. Tetapi entahlah , mengapa justru manusia tidak senang kepada jalan yang luas dan begitu itu? Tetapi lebih suka bersesakan untuk masuk ke jalan yang sempit. Walaupun sampai terhimpit - himpit pun rela!

Tempat yang seharusnya dilalui sengaja dihindari , sedangkan tempat yang seharusnya dihindari malahan menjadi tempat yang senang didatangi .

Lebih berlomba - lomba berbuat kejahatan , namun tak bersemangat ketika untuk berbuat kebaikan .

Berani dalam jalan kesesatan dengan wajah penuh senyuman , akan tetapi takut ketika harus berbuatdijalan kebenaran sehingga wajah kecut menghiasi .

Inilah yang dikatakan masa manusia hidup dalam kegelapan batin, dimana ketika kebenaran dan kesalahan itu sudah sulit untuk dibedakan lagi. Yang benar bisa dianggap salah dan yang salah bisa dianggap benar . Yang seharusnya dilakukan diabaikan , yang seharusnya diabaikan dilakukan . Yang seharusnya dijadikan teman dimusuhi , dan yang seharusnya dimusuhi dijadikan teman .

Lebih mengutamakan kejasmanian daripada kerohanian. Lebih mementingkan mencari harta dan kepintaran dibandingkan amal dan kebijaksanaan . Moral etika untuk menjaga kesopanan dianggap sudah ketinggalan jaman, kebebasan sebagai gaya kehidupan . Melakukan kebaikan jadi bahan tertawaan dan ledekan , namun saat melakukan kesalahan diberikan pujian dan dukungan .

Bila sejenak direnungkan , mengapa fenomena ini bisa terjadi, sedangkan agama yang mengajarkan kebenaran dan kebaikan telah dianut ? Adakah yang salah ? Mari , kita merenungkannya dan jangan-jangan saya adalah salah satu pelakunya yang paling nyata !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline