Setiap rumah tangga adalah bahtera kehidupan yang semestinya bisa kita ciptakan bagaikan surga yang kecil dalam kehidupan ini... [caption id="attachment_81940" align="alignleft" width="300" caption="http://yepiye.wordpress.com/"][/caption] Suatu ketika, ada kesempatan untuk mengikuti pertemuan dharma yang diadakan khusus untuk suami istri. Sangat beruntung sekali saya dapat mengambil beberapa poin yang penting untuk saya renungkan. Karena selama membina rumah tangga sepertinya banyak sekali hal-hal yang belum bisa dijalankan sebagaimana mestinya berumah tangga. Pada kehidupan sekarang, begitu banyak keluarga yang berantakan, salah satu penyebabnya adalah karena perselingkuhan. Yang melakukannya, tidak suami saja, tapi isitri-istri sekarang juga banyak berselingkuh. Memang sangat disayangkan, tujuan yang suci dan mulia anak manusia berumah tangga, yang adalah untuk membina bahtera suci , kini banyak yang ternodai oleh kebodohan dan ketidak mengertian kita tentang makna hidup berumah tangga. Sambil menyimak apa yang disampaikan oleh seorang senior, maka saya mencatatkannya juga, dengan harapan sewaktu-waktu masih dapat diingat kembali. > Setelah berterimakasih, harus membalas budi. Bisa saling menjadi suami istri, adalah sebuah jodoh yang patut dijaga dan bersyukur dengan tidak menyia-nyiakannya. > Kita lebih menuntut orang lain untuk berubah, mengapa tidak lebih menuntut diri sendiri? Begitulah yang seringkali terjadi antara suami dan istri. > Dalam rumah tangga harus ada komunikasi dan saling terbuka dalam segala hal . > Saat di rumah ibadah kita begitu mengerti agama , tetapi sampai dirumah, sudah tak mengerti apa-apa lagi.Dimana seharusnya dengan mengerti agama, hal ini bisa diterapkan nilai-nilainya dalam kehidupan rumah tangga. > Harus ada saling mengalah, dan saling menjaga perasaan. Mau menang sendiri adalah penyakit yang bisa meruntuhkan rumah tangga. > Saya benar dan kamu harus mengikuti saya, demikian yang sering dikatakan seorang suami. Bukankah itu sama halnya artinya tidak menghargai istri? > Kalau dia yang salah, mengapa harus saya yang mengalah dan minta maaf? Keangkuhan ini yang selalu membuat tiada damai walau hidup bersama. > Antara suami istri harus saling menghormati dan menghargai, bukannya salaing merendahkan . > Dalam mencintai, tiada dendam dan benci. Bertengkar adalah hal biasa, namun setelah itu harus dilupakan. > Jangan ada saling perhitungan dan hati ketidak puasan. Sebagai suami istri seharusnya bisa sehati. > Kadang kita mau lakukan hal yang benar, tapi cara mengatakannya yang salah. Jadi harus bisa mengerti waktu dan suasana untuk menyampaikan suatu masalah > Merubah diri , membuang sifat buruk dan emosi masing-masing dengan saling mengingatkan. > Ada saling kepercayaan dan memperkecil ego, karena kedua hal ini yang seringkali menjadi sumber kehancuran rumah tangga. > Janganlah terlalu menuntut pasangan, lebih baik saling memaklumi kekurangan masing-masing. > Dalam berumahtangga, urusan " hubungan" suami istri, bukanlah semata-mata untuk melampiaskan nafsu. Namun adalah kesempatan untuk saling berbagi kasih. > Terakhir sebagai seorang lelaki , lebih baik istri tidak boleh lebih dari satu demi untuk menjadi rumah tangga selalu utuh dan harmonis. Biar cuma satu tapi sayangilah dengan penuh. Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang sebagai raja, dimana beliau sebagai raja yang mempunyai kesempatan dan direstui/ tidak dilarang untuk memiliki istri lebih satu. Tetapi beliau tidak mau melakukan dan mengambil kesempatan yang ada, dan hanya berkata, bahwa beliau tidak ingin anaknya nanti juga mengalami perasaan yang sama dan tidak enak seperti apa yang beliau alami karena orangtuanya berpoligami.Beliau tetap setia untuk hanya memiliki satu istri saja. Sungguh bijaksana! Hanya demikian yang bisa saya catatkan, hanya berbagi dengan harapan ada manfaatnya. Salam Rukun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H