Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Mau Balas Budi atau Mau Tidak Tahu Diri???

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Balas budi sesuatu yang sulit untuk dilakukan, namun sebagai manusia yang tahu diri , kita semestinya bisa membalas budi
"Dede mau makan yang banyak, biar cepat besar. Kalau udah besar dede mau cari duit yang banyak buat balas budi orangtua yang udah ngelahirin dede! Kalau duitnya banyak, mami kan bisa puas-puasin belanja ke Mangga Dua, dan hati mami bisa senang! " Itulah kata-kata yang sering diucapkan si kecil saat makan.

Tidak sampai disitu, kelanjutannya adalah, "Dede juga mau balas budi emak (nenek) yang udah ngelahirin mami! "

"Lho , kok emak juga? " Selidik saya.

Maka dengan lancar dan sok tua ia akan menjawab, "Iya dong , papiiii! Kan emak yang ngelahirin mami. Kalau emak gak ngelahirin mami, mami kan gak bisa lahirin dede. Gitu aja papi gak tahu sih?! "
Melihat tampangnya yang sok tua dan lucu, tak kuasa menahan tawa, namun diam-diam saya menyelami makna perkataannya.

Rasanya ada saja sesuatu hal yang tiada habisnya yang bisa saya dapatkan menjadi pembelajaran dari si kecil ini. Mungkin pikiran saya saja belum bisa menjangkau demikian jauh. Tapi ia sudah bisa lancar mengatakan hal yang penuh makna itu. Karena seingat saya, belum pernah saya ajarkan.

Memang adakalanya kita sebagai orangtua perlu diam sejenak untuk mendengarkan kata-kata yang diucapkan oleh seorang anak kecil, dan bukan menertawakan atau meremehkan perkataannya. Karena menurut saya, suara hati yang dimiliki seorang dewasa dan anak-anak tiada bedanya.

Mengenai masalah balas budi, tentunya saya masih merasa malu sendiri. Budi apa yang yang bisa saya berikan kehidupan ini?
Begitu banyak budi yang telah saya terima selama kehidupan ini, sudahkah saya bisa membalasnya?

Kalau saya belum sepenuhnya bisa membalas budi kehidupan , minimal itu tandanya saya juga belum sepenuhnya berterimakasih dan juga tak tahu diri, benarkah demikian?

Harusnya langkah kehidupan untuk berbalas budi, lebih tepat bila saya bisa memulainya dari sekarang!
Atau, adakah waktu yang lebih baik dan tepat lagi?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline