Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Anak

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Katanya 'membuat anak' itu mudah. Asal punya kelamin dan  punya nafsu pun bisa. Tidak perlu pakai hati. Bahkan dalam gelap dan mata tertutup bakal bisa bikin anak. Tidak perlu teknik khusus atau harus pakai kursus. Sebab secara alami manusia sudah tahu caranya dan proses bertumbuhnya janin dalam perut, tubuh sudah memiliki kecerdasannya sendiri.

Setelah anak itu jadi dan lahir ke dunia, untuk mendidik anak itu perlu perhatian dan cara khusus. Tetapi antara kerinduan untuk memiliki anak berbanding dengan kerinduan untuk mendidiknya tidak seimbang. Jaman sekarang, realitanya tidak sedikit orangtua yang kurang mengajari anaknya, sehingga tumbuh menjadi anak-anak yang kurang ajar.

Orangtua Kurang Ajar pada Anak, Wajar Anak Berkelakuan Kurang Ajar

Sebagai orangtua kita sering menyepelekan hal-hal kecil dengan kelakuan anak dalam keseharian. Sering kita mendengar perkataan,"Gak apa-apa, namanya juga anak-anak!"

Dalam hal ini seakan terjadi pembiaran ketika anak kita menunjukkan perilaku nakal. Anak yang mulai berperilaku nakal ketika mendengar mereka dibela dengan perkataan 'tidak apa-apa' serasa mendapat angin segar untuk meneruskan kenakalannya.

Pemahaman bahwa kalau anak-anak itu nakal tidak apa-apa, sejatinya tanpa kita sadari justru menjerumuskan mereka dalam kenakalan. Bukankah justru anak-anak sedari kecil perlu diajari, agar jangan nakal?

Tak heran kalau akibat sebagai orangtua kurang ajar pada anaknya, pada akhirnya anak akan menjadi kurang ajar pada orangtuanya sendiri. Realitanya, akibat anak kurang diajar, ada anak yang berani maki-maki dan bilang orangtuanya 'bego'. Kalau sudah menjelang besar, bisa-bisa orangtuanya dihajar.

Akibat kurang ajar dari orangtua, lama-lama anak menjadi raja di rumah dan orangtua menjadi budaknya. Segala keinginan mereka harus dipenuhi. Tidak boleh tidak. Terlepas dibutuhkan atau tidak dengan 'lugunya' orangtua mati-matian memenuhinya, agar tidak dimarahi anaknya sendiri. Ini dua-duanya kurang ajar nih.

Lebih Mengutamakan Pemenuhan Kebutuhan Duniawi daripada Rohani

Pada kemajuan jaman saat ini, sayangnya kearifan kita malah mengalami kemunduran dalam menentukan arah kehidupan dan pilihan yang benar.

Anak yang merupakan harapan masa depan dan buah hati kita, sudah kurang mendapat didikan kita malah lebih memilih memenuhi segala kebutuhan yang bersifat fisik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline