Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Perjalanan

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Walaupun perjalanan sudah jauh tetapi bila merasa ada yang tidak benar dalam langkah, tidak perlu takut berbalik arah dan kembali meluruskan pandangan lalu memulai langkah dengan pasti...

Proses perjalanan menulis sebenarnya tak berbeda jauh dengan proses perjalanan kehidupan sehari - hari. Bisa menuju ke arah yang lebih baik,  semakin buruk atau  berjalan di tempat. Semua itu tidak bisa kita pastikan proses perjalanan kita menuju ke arah yang mana. Sebab hidup selalu penuh misteri. Di ujung kematianlah yang menjadi penentu.

Apapun tujuan awal kita menulis tidak menjadi soal. Percayalah pada akhirnya akan terjadi proses yang menentukan ke arah mana tujuan kita.

Pada kesempatan ini ijinkanlah saya sedikit merefleksikan proses perjalanan menulis di blog. Bisa jadi bagi orang lain tidak ada yang istimewa. Bahkan terlalu remeh untuk dijadikan sebuah catatan. Tak mengapa. Tetapi saya juga percaya ada satu atau dua sahabat yang mengalami proses perjalana yang sama, sehingga dapat saling memperkaya perjalanan ini.

Awalnya, Panggilan Hati untuk Memotivasi Diri

Harus saya katakan bahwa motivasi yang paling ajaib yang pernah saya rasakan adalah dengan menulis. Sebab ketika hidup dalam fase hampir putus apa, suara hati berteriak keras, agar saya menulis. Tentunya tulisan yang memotivasi diri. Setelah berbagai cara motivasi dengan membaca atau mendengarkan topik yang  membangkitkan diri dari yang terpuruk.

Mengawali menulis dengan bersusah payah hanya untuk membuat sebuah tulisan pendek di buku tulis. Hasilnya penuh dengan coretan. Baru kemudian dipindahkan ke blog yang juga dengan susah payah dibuat.

Setelah proses sekitar tiga bulan menulis gairah hidup mulai tumbuh kembali, sebab itu kemudian menulis menjadi sesuatu hal yang selalu memotivasi.

Kemudian ikut bergabung menulis di Kompasiana saya begitu percaya diri. Mengalir saja tanpa beban. Pokoknya menulis ada yang komentar atau nihil tidak peduli. Padahal waktu itu banyak penulis senior dan jurnalis yang bergabung menulis di Kompasiana. Jadi kemudian saya bersyukur, untung tidak minder waktu itu.

Percaya diri, tanpa beban dan masih lugu sebagai penulis, sehingga selalu fokus menulis itulah sebabnya begitu produktif waktu itu menulis. Coba kalau terlalu banyak berpikir dan membanding - bandingkan diri? Siapalah saya sebagai penulis? Masih bau susu seperti bayi!

Popularitas yang Mulai Menggoda

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline