Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Kumat

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apa reaksi kita bila tiba - tiba penyakit yang kita derita sudah sembuh kumat lagi? Panik tentunya. Apabila penyakitnya berbahaya seperti demam atau semacam penyakit gangguan saraf. Pasti kita akan melakukan usaha terbaik untuk menyembuhkannya supaya tidak kumat. Yang terpenting adalah kita atau orang di sekitar sadar dengan kambuhnya penyakit yang ada.

Sayangnya perlakuan kita terhadap penyakit non fisik yang ada pada diri kita seringkali berbeda. Misalnya penyakit marah, benci, malas atau serakah.

Padahal tidak kalah berbahayanya dengan penyakit seperti demam berdarah, kanker atau diabetes. Karena dapat membuat jiwa kita sakit. Lebih bahaya lagi bila kita sendiri tak menyadari bahwa jiwa kita sedang sakit. Kita beranggapan selama belum gila berarti belum sakit jiwa.

Tak salahlah bila para bijak menjaga jiwanya sepanjang waktu. Selama 24 jam mengendalikan tubuh, pikiran dan jiwanya, agar segala penyakit tidak kumat. Sebab begitu dibiarkan kumat sekali akan susah untuk bertobat. Yang ada malah menuju jalan sesat.

Ini catatan sedikit  penyakit yang acapkali kumat di antara sekian banyak penyakit yang ada yang menjadi tantangan untuk menjaganya agar tidak sering - sering kumat. Adakah para sahabat yang mengalami?

#Emosi

Siapa yang tidak punya emosi? Tentu saja kita semua memiliki emosi. Yang membedakannya adalah bisa mengendalikan atau justru dikendalikan emosi. Ada yang bisa mengendalikan waktu tertentu, tapi bisa juga gampang kumat. Bisa mengendalikan di tempat kerja, kumatnya di rumah.

Tidak bisa mengendalikan emosi akan membuat kita mudah terbakar amarah. Bila sudah terbiasa marah, bukan hanya jiwa yang akan jadi sakit, tapi fisik pun akan terkena imbasnya.

Mudah mengumbar emosi akan mendatangkan stress, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, sesak pernafasan, sakit kepala, bahkan stroke.

Tidak bisa mengendalikan emosi yang merusak bukan hanya akan mejelekkan reputasi dan tidak bisa menjaga etika,  amarah juga bisa membakar nilai kebaikan dan pahala kita.

Seringkali mudahnya menyesali akan emosi yang telah meluap. Berjanji tidak akan mengulangi. Besoknya kumat lagi emosi. Begitulah, bagai lingkaran setan saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline