Kate dan Ninoy Sejatinya pertemanan di dunia maya atau di media sosial bukan hanya ilusi atau sekadar omong kosong. Bukan pertemanan bagaikan embun pagi yang dalam waktu singkat sudah tak berbekas. Sebab ada yang sampai menuju ke jenjang pertemanan dalam satu rumah. Ada yang menjadi sahabat akrab di dunia nyata. Menjalin relasi bisnis yang saling menguntungkan. Sering terjadi setelah perkenalan hanya melalui media internet ketika jumpa di darat bisa langsung akrab bagai sudah berteman akrab. Tidak ada rasa canggung atau was - was. Itu yang pernah saya alami sendiri. Berkat menulis di media sosial bisa banyak mengenal banyak pribadi dari berbagai tempat. Muda, tua, bahkan yang sudah sepuh. Bisa mengenal demikian banyak sahabat dari bermacam profesi. Dari jurnalis, penulis buku atau yang baru belajar menulis. Dari guru sampai dosen. Yang tadinya hanya mengenal tampangnya yang tidak jelas di profil atau hanya melalui tulisan bisa demikian jelas ketika sudah berjumpa di darat. Bisa bersendau gurau tanpa sungkan. Berdiskusi tentang berbagai hal dan masalah. Dari sekian banyak sahabat di dunia maya lebih sering bertemu dalam acara resmi yang diadakan Kompasiana. Di luar itu boleh dibilang tidak ada janji khusus pertemuan. Kecuali dengan beberapa sahabat. Selain itu ada dua nama yang justru pernah beberapa kali kopdar di luar acara Kompasiana. Dua sosok yang sudah punya nama di dunianya. Bagaimana tidak? Yang satu adalah Wakil Presiden Penyair Indonesia dan filsuf penemu konsep "I am the mother of words". Satunya lagi adalah seorang Grand Master penemu Tai Chi Iching untuk bela diri dan penyembuhan. Sementara siapalah saya? Jadi sangat beruntung pada Minggu, 14 September yang lalu kami bisa kopdar di Cibubur Junction, Jakarta Timur untuk satu misi yang sama. Ninoy N Karundeng Dengan percaya diri ia mengaku sebagai Wakil Presiden Penyair Indonesia tanpa melalui melalui Pilpres langsung atau pun tidak langsung. Selain itu ia pun mengkaim dirinya sebagai filsuf penemu konsep 'I am the mother of words". Keren, kan? Sebagai penulis di Kompasiana, Bung Ninoy memang sudah punya branding sendiri dengan tulisan yang berbau politik. Tepatnya sebagai kritikus yang analisanya tajam dan berdasarkan data yang dimilikinya. Bukan hasil kutipan sebagaimana yang dilakukan banyak penulis di Kompasiana. Selain tulisan politiknya yang tajam bagai silet, hebatnya lagi Bung Ninoy ini juga bisa menjelma jadi paranormal dengan gelar Sabdopanditoratu dimana dalam setiap analisa tentang hal yang akan terjadi jarang meleset. Belum sampai di situ, sebab dalam waktu dekat ini Bung Ninoy akan menjadi kutu loncat merambah ke dunia motivasi dengan julukan "Motivator Tidak Biasa" dengan penampilan yang tiada duanya. Motivator yang lain daripada yang lain. Sudah kopdar beberapa kali jadi dengannya membuat saya cukup mengenal karakter dan pribadinya. Kalau pergi selalu nebeng mobilnya di jemput dan antar pula ke Tangerang. Bung Ninoy ini memang punya ala bahagia tersendiri yang selalu ceria dan heboh. Jadi yang hal yang tidak bahagia pun akan dibuat bahagia. Ninoy pakai sarung, Andy berbaju kuning Andy Dharma Ini dia Grand Master Tai Chi Iching asal Batam yang sedang berpetualang ke Ibu Kota Negara. Pertama bertemu ketika saya bekerja di Majalengka. Sempat menginap di mess dan di rumah. Sayang ilmu tingkat tingginya belum sempat diturunkan ke saya. Pak Andy Dharma pada masanya cukup dikenal di belantara Kompasiana ketika komunitas Negeri Ngotjoleria sedang merajalela. Pernah masuk jajaran menteri di Kabinet Raja ASA dengan permaisuri Inge. Ilmu Tai Chi Iching yang dimiliki Pak Andy ini bukan hanya gerakan seperti yang selama ini kita kenal. Tetapi juga punya kemampuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan terapi untuk berhenti merokok, ketergantungan obat terlarang atau minuman keras. Dalam hal ini Pak Andy bukan hanya berteori tapi juga akan memberikan bukti dengan demo secara langsung. Jadi bukan seperti iklan yang cuma omong doang istilahnya. Yang pasti tentu saya yang paling beruntung. Bukan sebagai siapa - siapa tapi bisa mengenal orang - orang hebat dengan talenta yang mereka miliki. Selanjutnya tentu saya berharap bisa menyerap ilmu dari mereka yang kemudian membuat saya lebih hebat dari mereka ha ha ha .... Demikianlah. dari perkenalan di dunia maya banyak hal yang bisa diwujudkan ke dunia nyata yang memberikan manfaat lebih banyak banyak kehidupan. Dalam hal ini tergantung bagaimana kita memandang satu hal. Sebab tidak sedikit pula yang memandang sinis pergaulan di dunia maya yang dianggap lebih banyak sisi atau efek negatifnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H