Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Politik

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Benarkah masuk ke dalam dunia politik bisa membuat orang yang tadinya baik-baik bisa berubah jadi licik dan picik untuk menggapai tujuannya? Apakah ada survei yang sudah membuktikan? Apakah sama juga menulis politik bisa menjadikan seorang penulis yang baik terjebak dalam kelicikan dan kepicikan dalam beropini?

Sebenarnya dalam kehidupan di bidang apa pun memertahankan idealisme dan integritas itu adalah hal yang sulit. Sebab tekanan, keperluan dan kepentingan harus membuat kita mengesampingkan kebaikan dan kejujuran. Ketika sudah terbiasa melakukan lama-lama menjadi kebiasaan, sehingga begitu sadar dan ada keinginan untuk berhenti akan menjadi susah sekali.

Bukan sebagai politisi yang bergelut dalam dunia politik, sebagai orang biasa pun bisa terjun ke dunia politik. Dengan menulis soal politik misalnya. Apalagi pada zaman media sosial sekarang ini, begitu mudahnya memublikasikan tulisan-tulisan. Dimana berita-berita yang berbau politik sangat menggelitik orang-orang untuk meng-klik.

Tulisan mengenai politik yang aktual pasti akan mengundang hiruk-pikuk. Terjadi perang opini. Dukung-mendukung. Pro dan kontra. Sampai debat kusir yang tiada ujungnya. Yang ada adu urat leher. Jari-jari keriting. Emosi.

Tentu saya pernah merasakan 'nikmatnya' menulis hal-hal yang berbau politik. Bagaimana tidak? Tulisan begitu mengundang banyak pengunjung. Komentar bersahutan. Diskusi panas membakar. Nama jadi terkenal karena tulisan bisa menjadi pilihan di halaman muka. Begitu menggoda dan melahirkan rasa bangga.

Mengapa pada akhirnya harus melepaskan  menulis soal politik dan menulis dalam kesunyian?

Kehidupan tidak lepas daripada harus memilih apa yang harus dijalani. Terlepas baik atau tidak pilihan tersebut. Tetapi sebagai makhluk yang memiliki akal sehat tentu apa yang dipilih adalah yang terbaik. Masalah terbaik tentu akan subjektif. Sebab tergantung dari sudut mana memandangnya.

Tetap menulis soal politik atau tidak sekadar pilihan bukan hanya soal baik atau tidak baik. Yang tidak menulis soal politik belum tentu lebih baik dari yang menulis tentang politik. Semua adalah pilihan.

Beberapa pertimbangan adalah karena :  memang bukan bidangnya; menjadi ajang saling menjelekkan, arena debat kusir; menimbulkan aroma permusuhan. Yang semua berujung pada ketidaknyaman. Walau semua yang ada merupakan hal yang  biasa dalam kehidupan ini yang semestinya dapat diterima apa adanya.

# Bukan Bidangnya

Pada akhirnya kita harus jujur untuk berani mengakui bila sesuatu yang dipilih tidak sesuai dengan suara hati, maka akan menimbulkan rasa ketidnyamanan. Apa yang dilakukan hanya akan mendatangkan kegelisahan di atas kebanggaan yang ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline