Lihat ke Halaman Asli

Jadwal Imunisasi Bayi 0 bulan Sampai Remaja 18 Tahun

Diperbarui: 27 November 2015   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

source image: www.idai.or.id 
kita kesampingkan dulu teori2 tentang pro-kontra kepada vaksin entah dari sisi ideologi ataupun pendapat lewat agama, pun juga orang2 yang antivaks, semoga bermanfaat.
Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alam.
Imunisasi merupakan prosedur pencegahan penyakit menular yang diberikan kepada anak sejak masih bayi hingga remaja. Melalui program ini, tubuh diperkenalkan dengan bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang sistem imun guna membentuk antibodi.
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.).
ada beberapa jenis vaksin, pun jadwal pemberian vaksin, jadwal bisa diliat digambar dan gue akan jelaskan tujuan dari vaksinnya. 

  1. Vaksin Hepatitis B 

Pemberian vaksin hepatitis B dimaksudkan untuk menangkal infeksi organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksinasi juga dimaksudkan untuk mencegah berbagai akibat yang dapat ditimbulkan infeksi hepatitis  B, seperti kanker hati dan sirosis.
Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan bersama dengan vaksin lain, selain pemberian tunggal. Vaksinasi ini dapat melindungi dari infeksi hepatitis B dalam jangka panjang, bahkan seumur hidup. Rekomendasi Vaksinasi Hepatitis BVaksinasi hepatitis B diharapkan dapat melindungi bayi dan anak-anak sebagai golongan yang berisiko tinggi terkena infeksi kronis. Bagi anak-anak hingga remaja berusia kurang dari 19 tahun yang belum pernah mendapatkan vaksinasi hepatitis B, direkomendasikan untuk segera mendapatkannya, apalagi Indonesia merupakan salah satu negara dengan penyebaran hepatitis terbanyak.Orang dewasa juga bukan berarti tidak berisiko terkena infeksi hepatitis B. Terdapat beberapa kondisi tertentu pada orang dewasa dengan risiko yang lebih tinggi, antara lain:

  • Memiliki pasangan yang terinfeksi hepatitis B.
  • Mengidap penyakit hati atau ginjal kronis.
  • Kontak dengan peralatan rumah tangga dari seseorang yang terinfeksi hepatitis B.
  • Memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan darah atau cairan lain dari tubuh manusia.
  • Penderita diabetes.
  • Staf dan penghuni dalam institusi rumah sakit jiwa.
  • Pengguna narkoba dengan jarum suntik.
  • Penderita HIV.

Dosis Vaksinasi Hepatitis BVaksinasi Hepatitis B terdiri dari bahan aman yang tidak akan menyebabkan infeksi hepatitis. Vaksin ini efektif untuk semua usia yang biasanya diberikan sebanyak 3-4 kali suntik dalam periode enam bulan.
Umumnya bayi akan memperoleh tiga dosis vaksinasi hepatitis B. Dosis pertama pada saat baru dilahirkan, dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dan dosis terakhir pada usia 6-18 bulan. Sebagian bayi menerima empat dosis jika menggunakan vaksinasi hepatitis kombinasi.
Vaksinasi hepatitis B untuk orang dewasa juga terbagi ke dalam tiga dosis. Dosis pertama dan kedua dengan jeda waktu empat minggu, disusul dosis terakhir pada lima bulan kemudian. Tanyakan kepada dokter Anda, jika ada dosis khusus untuk Anda secara pribadi berdasarkan kondisi tertentu.

 
2. Vaksin PolioVaksin Polio terdiri dari 2 jenis, yaitu polio hidup yang diberikan lewat mulut (oral polio vaccine/OPV) dan vaksin polio mati yang diberikan melalui suntikan (injection polio vaccine/IPV).
Vaksin polio yang diberikan melalui mulut berisi virus yang dilemahkan, sehingga kekebalan yang terjadi berupa seperti terinfeksi secara alamiah oleh virus polio yang dilemahkan.
 “Karena virus yang dilemahkan masuk ke dalam usus, maka tinja bayi atau anak yang telah divaksinasi dapat mengandung vaksin polio lemah tersebut selama beberapa waktu, dimana anak atau bayi dengan daya tahan tubuh rendah dapat terinfeksi virus polio yang dilemahkan tadi. Untuk menghindari hal tersebut, dirancanglah vaksin polio suntikan dengan kandungan komponen virus yang dapat merangsang tubuh membentuk antibodi.  Vaksin jenis ini tidak mengandung virus utuh, sehingga tinja tidak akan mengandung virus polio vaksin dan penularan terhadap lingkungan tidak terjadi,” papar Dr. Hindra Irawan Satari, SpA(K), Mtrop (Paed), dokter spesialis anak dan konsultan dari Divisi Penyakit Infeksi dan Pediatri Tropis Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM sekaligus juga anggota Satgas Imuninasi PP-IDAI.

3. Vaksin BCGVaksin BCG adalah Bacille Calmette-Guérin (BCG) adalah vaksin untuk tuberkulosis atau biasa disebut TBC yang dibuat dari baksil tuberkulosis (Mycobacterium bovis) yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan selama bertahun-tahun.  Vaksin BCG 80% efektif dapat mencegah selama 15 tahun, tetapi efeknya bervariasi tergantung kepada kondisi geografis. ini adalah vaksin yang relatif aman dan diberikan kepada orang yang dianggap berisiko‟ terkena TB di masa depan.  

4. Vaksin DTPVaksin DTP merupakan vaksin gabungan yang digunakan untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, dan pertusis. Ketiga penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri dan bisa berakibat fatal. Difteri terjadi karena racun yang dihasilkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Awalnya penyakit ini menyerupai pilek, yaitu nyeri menelan, demam ringan dan menggigil. Kemudian racun yang dihasilkan kuman akan membentuk suatu selubung/selaput tebal di bagian belakang hidung atau tenggorokan, sehingga si Kecil menjadi sulit bernapas atau menelan. Difteri merupakan penyakit yang berbahaya karena gangguan/kesulitan bernapas bisa berakhir dengan kematian. Racun difteri juga bisa menyerang jantung, sehingga mengganggu fungsi kerja jantung. Jika menyerang saraf, racun difteri bisa menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini ditularkan melalui percikan ludah dalam batuk/bersin penderita.  
Pertusis atau batuk rejan merupakan penyakit yang sangat menular dan berbahaya, yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Sama dengan difteri, pada awalnya pertusis juga menyerupai pilek, yaitu hidung meler/tersumbat, bersin-bersin dan mungkin batuk dan demam ringan. Tetapi 1-2 minggu kemudian, batuk mulai berat dan semakin berat. Pertusis juga ditularkan melalui percikan ludah dari batuk/bersin penderita.Hampir seluruh anak-anak yang mendapatkan dosis lengkap vaksin DTP akan terlindungi dari difteri. Selain melindungi si Kecil dari ketiga penyakit tersebut, vaksin DTP juga dapat membantu menghentikan penyebaran penyakit di masyarakat. Dosis lengkap DTP terdiri dari 5 dosis : 
• Dosis 1 pada usia 2 bulan 
• Dosis 2 pada usia 4 bulan 
• Dosis 3 pada usia 6 bulan 
• Dosis 4 pada usia 18-24 bulan 
• Dosis 5 pada usia 5 tahun.
 Vaksin difteri tidak memberikan perlindungan seumur hidup sehingga, perlu dilakukan booster yaitu Td pada usia 10 dan 18 tahun. Perlindungan vaksin pertusis juga tidak bertahan seumur hidup, sehingga saat remaja dan dewasa perlu divaksinasi ulang meskipun telah mendapatkan vaksinasi lengkap ketika kecil. Vaksin DTP aman dan efektif mencegah ketiga penyakit tersebut
Apa beda vaksin DTP dan DTaP ? Mengapa vaksin DPaT jauh lebih mahal ?Vaksin DTP dan DTaP kedua-duanya untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Perbedaan utama pada komponen antigen untuk pertusis. Vaksin DTP berisi sel bakteri Pertusis utuh yang berisi ribuan antigen, termasuk antigen yang tidak diperlukan, sehingga sering menimbulkan reaksi panas tinggi, bengkak, merah, nyeri ditempat suntikan. Sedangkan vaksin DTaP berisi bagian bakteri pertusis yang tidak utuh dan hanya mengandung sedikit antigen yang dibutuhkan saja, sehingga jarang menimbulkan reaksi tersebut. Karena proses pembuatan DTaP lebih rumit, maka harganya jauh lebih mahal.

5. Vaksin HibPenyakit Hib adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri Haemophilus influenzae tipe b . Balita paling berisiko untuk penyakit Hib. Hal ini dapat menyebabkan cacat seumur hidup dan mematikan.
Beberapa kondisi parah yang dapat disebabkan virus Hib adalah meningitis (radang selaput otak), pneumonia (radang paru-paru), septic arthritis (radang sendi), dan pericarditis (radang kantong jantung).
Pemberian vaksin Hib harus dilakukan dalam empat dosis, yaitu saat anak berusia dua, empat, dan enam bulan. Dosis terakhir vaksin Hib diberikan pada saat anak berusia lima belas bulan hingga delapan belas bulan.
Efek samping yang mungkin terjadi setelah vaksin Hib adalah kemerahan dan sedikit nyeri pada luka bekas suntikan. Apa itu Hib? 
Hib adalah singkatan untuk Haemophilus influenzae type b, sejenis bakteria yang menyebabkan penyakit yang dapat berakibat fatal, seperti: Radang selaput otak ( Meningitis) -jangkitan pada selaput otak dan saraf tunjang Radang paru- paru (Pneumonia) - jangkitan pada paru- paru Radang epiglotis ( kerongkong ) - jangkitan pada epiglottis Keracunan darah ( septicaemia ) - jangkitan darah Radang sendi - jangkitan pada sendi Penyakit Hib.

Siapa yang bisa terjangkit penyakit Hib? 
Penyakit Hib kerap berlaku dikalangan kanak- kanak bawah umur 5 tahun. Risiko jangkitan adalah paling tinggi dikalangan kanak- kanak berumur dibawah 1 tahun. Pengaulan rapat dengan kanak- kanak yang dijangkiti Hib meningkatkan risiko mendapat penyakit Hib. Bayi yang mendapatkan ASI, akan mendapat perlindungan daripada penyakit Hib, namun begitu, Imunisasi masih diperlukan untuk mendapat perlindungan maksimal. 


6. Vaksin PCV
PCV adalah singkatan dari pneumococcal vaccine Apa itu penyakit PNEUMOKOKUS ?
 
Penyakit PNEUMOKOKUS terdiri atas meninghitis (radang selaput otak), septikema (keracunan darah), bakteria pneumonia (infeksi darah), dan otitis media (infeksi telinga), yang disebabkan oleh bakteri Streptocuccus Pneumoniae. Beberapa diantaranya penyakit ini bisa menjadi serius, terutama jika terjadi pada anak-anak.
PNEUMOKOKUS meninghitis ini bisa berakibat fatal dan setengah dari mereka yang dapat bertahan hidup akan mengalami cacat permanen seperti tuli, kerusakan otak atau kelumpuhanPNEUMOKOKUS PNEUMONIAPneumonia pneumokokus ini lebih serius dari pada jenis pneumonia yang lain, dan sering menyebabkan anak harus masuk rumah sakit. Gejala yang harus diwaspadai adalah demam, batuk, bernapas cepat. Gejala lain diantaranya sakit dada, mual, muntah, sakit kepala, kelelahan, menggigil dan nyeri otot. 

7. Vaksin RotavirusVaksin rotavirus merupakan jenis vaksin untuk mencegah diare. Pemberian vaksin ini dilakukan secara berangkai, yaitu pada saat anak berumur dua, empat, dan enam bulan. Efek samping vaksin rotavirus yang paling umum adalah nyeri pada perut, mual dan muntah, demam, serta diare.

8. Vaksin InfluenzaVaksinasi flu adalah perlindungan terbaik terhadap flu dan komplikasinya. Vaksin flu juga mencegah penyebarannya kepada orang lain. Anda mendapatkan vaksin flu melalui suntikan, berupa vaksin yang “dinonaktifkan” atau “rekombinan”. Kedua vaksin ini tidak mengandung virus influenza hidup. 

9. Vaksin CampakCampak adalah penyakit virus yang menyebabkan demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan ruam. Vaksin campak diberikan dalam tiga dosis yaitu pada saat anak berusia sembilan bulan, dua tahun dan enam tahun. Efek samping vaksin campak yang paling umum adalah demam dan hilangnya nafsu makan.

10. Vaksin MMRvaksin MMR  merupakan vaksin kombinasi. Vaksin ini merupakan gabungan antara vaksin campak, gondong, dan campak Jerman.
Gondong merupakan penyakit virus yang menyebabkan terjadinya pembengkakan kelenjar parotis di bawah telinga. Gejala lain dari gondong adalah demam, nyeri sendi, dan sakit kepala. Campak Jerman merupakan penyakit virus yang dapat menyebabkan nyeri sendi, batuk dan pilek, demam, pembengkakan kelenjar di sekitar kepala dan leher, serta munculnya ruam berwarna merah pada kulit.Pemberian vaksin MMR dilakukan saat anak berusia satu tahun tiga bulan dan dapat diulang saat anak berusia enam tahun.
Efek samping vaksin MMR yang paling umum adalah demam dan efek samping yang jarang terjadi adalah sakit kepala, ruam berwarna ungu pada kulit, muntah, nyeri pada tangan atau kaki, dan leher kaku.
Banyak beredar isu negatif seputar imunisasi, salah satunya adalah isu autisme akibat pemberian vaksin MMR. Isu tersebut sama sekali tidak benar karena para ahli yang melakukan penelitian yang besar dan secara mendetail. Hingga kini tidak ditemukan kaitan yang kuat antara imunisasi MMR dengan autisme.

11. Vaksin TifoidDemam tifoid (tifoid) adalah penyakit serius disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Tifoid menimbulkan gejala demam, lelah, lemah, nyeri perut, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, dankadang disertai ruam.Secara umum, tifoid ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar. Tifoid jarang padaanak usia
Terdapat 2 jenis vaksin tifoid,

  • Vaksin dari kuman hidup yang dilemahkan(attenuated) diberikan dengan diminum (oral)
  • Vaksin mati (inactivated) diberikan dengan suntikan

Untuk vaksin tifoid oral tidak beredar lagi di Indonesia.  Siapa yang tidak dapat divaksinasi atau vaksinasi harus ditunda?

  • Tidak diberikan untuk anak
  • Siapa saja yang pernah mendapat efek samping yang berat disebabkan vaksin ini tidak perlu mendapat vaksinasi lagi
  • Siapa saja yang pernah mendapatkan reaksi alergi yang berat disebabkan vaksin ini
  • Apabila sedang sakit berat vaksinasi harus ditunda pemberiannya sampai sembuh.



11. Vaksin Hepatitis AHepatitis A adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus hepatitis A yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita; biasanya melalui makanan (fecal - oral). Bberapa kasus hanya memberikan sedikit atau tanpa gejala terutama bagi yang masih muda. Waktu antara dan gejala, antara 2-6 minggu. Gejalanya biasanya berakhir dalam 8 minggu dan meliputi: mual (nausea), muntah-muntah, mencret, kulit kuning (terutama bagian putih dari mata), demam, dan nyeri abdomen. Sekitar 10–15% dari penderita akan kambuh kembali dalam 6 bulan setelah infeksi pertama. Penyakit hepatitis A yang fatal jarang terjadi, tetapi mungkin terjadi pada lansia.
Pemberian vaksin hepatitis A hanya bisa dianjurkan untuk anak berusia dua tahun ke atas dan terdiri dari dua dosis yang jaraknya 6 bulan. Efek samping vaksin hepatitis A yang umum adalah demam dan rasa lelah, sedangkan efek samping yang tergolong jarang adalah gatal-gatal, batuk, sakit kepala, dan hidung tersumbat.

12. Vaksin VariselaVaksin varisela merupakan vaksin untuk mencegah penyakit cacar air yang disebabkan oleh virus varicella zoster. Vaksin ini hanya bisa diberikan pada anak berusia satu tahun ke atas. Vaksin terhadap cacar air ini hanya cocok untuk mereka yang belum pernah terkena cacar air. Dosis vaksin yang diperlukan hanya satu kali.

13. Vaksin HPVVaksin HPV diperuntukkan kepada remaja perempuan untuk mencegah kanker serviks atau kanker pada leher rahim yang sebagian besar kasusnya disebabkan oleh virus human papillomavirus. Vaksin ini dapat diberikan sejak usia dua belas tahun dengan frekuensi pemberian sebanyak tiga kali. Jarak antara dosis pertama dan kedua adalah 2 bulan, sedangkan jarak antara dosis pertama dan ketiga adalah 6 bulan. Efek samping pemberian vaksin HPV yang bisa muncul adalah demam, sedangkan yang tergolong lebih jarang adalah batuk, gatal-gatal, dan ruam pada kulit. Sekian informasinya semoga dapat bermanfaat :) Source: http://idai.or.id/wp-content/uploads/2014/08/IVO-Tifoid.pdf https://id.wikipedia.org http://www.alodokter.com/imunisasi diahkataya.blogspot.com 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline