Lihat ke Halaman Asli

Cantik Berhijab? (Part 1)

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berhijab pada tahun-tahun terakhir ini menjadi tren, bukan hanya di Indonesia, tapi juga hampir di seluruh negara muslim. Pagelaran busana Muslimah di negara-negara mayoritas Muslim seperti Turki, Malaysia, dan Indonesia marak diselenggarakan. Berhijab yang sepuluh tahun lalu masih dianggap angin lalu di dunia kerja dan media massa, sekarang bukan lagi halangan bagi seorang Muslimah untuk berkarier dan berkarya bahkan di media massa sekalipun. Khususnya di Indonesia, arus tren berhijab ini semakin kencang manakala berdiri sebuah komunitas perempuan muda berhijab yang langsung menjadi trendsetter bagi para Muslimah. Muda, cantik, berhijab dan gaya.

Sungguh sebuah tren yang bagus, sebenarnya. Tren yang diperkokoh dengan pertumbuhan kelas menengah usia produktif di Indonesia sangat bisa menunjukkan kepada dunia bahwa anggapan tentang muslimah yang berhijab, bahwa hijab bukan lagi seperti ketika penulis pertama berhijab 12 tahun lalu saat masih duduk di bangku SMP dimana muslimah yang berhijab “hanya” sebatas anak pesantren, ibu-ibu yang pulang Haji, atau nenek-nenek yang sudah menopause. Berhijab sudah jauh lebih dari itu.

Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kesadaran berhijab juga berjalan dengan pengetahuan tentang penggunaan hijab yang benar? Ataukah kita sudah cukup bangga dan puas diri dengan hijab yang kita kenakan?

Ini adalah sebuah fenomena baru di dunia Islam kekinian: Cantik Berhijab.

Hijab mungkin hanyalah selembar kain biasa, yang ketika diturunkan ayat tentangnya berlomba-lomba para wanita beriman di masa Rasulullah SAW untuk mengenakan segala kain yang bisa dikenakan untuk menutup rapat rambut dan seluruh tubuhnya. Bergidik saya membayangkannya. Betapa kecintaan kepada Allah menjadi motivasi utama perempuan Mu’min di masa itu menutup auratnya.

Hijab, memang hanyalah selembar kain biasa. Tapi selembar kain tersebut Allah wajibkan bagi para Muslimah, untuk menjaganya, menutupi keindahannya dari mata dan pikiran buruk laki-laki yang bukan mahramnya. Selembar kain biasa yang sejatinya ditujukan untuk membebaskan perempuan dari perbudakan. Perbudakan siapa? Mari kita ulas bersama…

Seorang teman non Muslim pernah bertanya, “untuk apa keindahan diciptakan kalau ditutupi?”. Inilah jawabannya. Dalam Islam, sombong adalah milik Allah. Dan kita, ummat Islam adalah ummat yang semestinya berrendah hati terhadap dunia. Bukankah keindahan tubuh perempuan juga sangat bisa menjadi ajang kesombongan? Rambut dan tubuh indah, saya yakin Tuhan ciptakan bukan untuk dipamerkan. Tapi untuk dijaga keindahannya hanya untuk suami saja.

Tren dimanapun di dunia ini selalu memperbudak wanita. Lagi-lagi wanita. Dari mulai baju ketat hingga baju gombrong, dari mulai celana ketat hingga celana boot cut, dari mulai rok midi hingga rok mini, semua diikuti, dicari atas nama trendy. Lalu, apa tujuannya menjadi trendy? Apakah untuk diam-diam saja di rumah? Tentu saja tidak. Betapa banyak dari sekian wanita pengikut tren yang mempercantik diri untuk mendapatkan perhatian laki-laki? Bukankah ini juga adalah perbudakan atas makhluk mulia turunan hawa?

Hijab hadir untuk membebaskan Muslimah dari hal-hal yang demikian. Menghindarkan diri dari kesombongan, menghindarkan Muslimah dari penjajahan mode, dan pakem cantik yang berlaku. Yang cantik yang langsing? Yang cantik yang tubuhnya bak gitar spanyol? Yang cantik yang putih? Yang cantik yang kurus berotot? Semua gugur dengan aturan berhijab. Kita tidak dipandang apakah kita dikaruniai tubuh bak gitar spanyol atau lurus seperti penggaris, tidak juga dilihat apakah kita berukuran ekstra besar atau ekstra kecil. Hijab semestinya membuat orang melihat pada diri kita, bukan pada apa yang kita pakai. Hijab adalah “seragam”, karena di mata Allah semua kita adalah sama, tidak memandang fisik, status social, apalagi jumlah rekening tabungan. Karena di sisi-Nya, yang membedakan antara seorang perempuan yang hanya memiliki satu stel baju dan perempuan lain yang mempunyai satu kamar khusus untuk baju-bajunya, hanyalah amal perbuatannya. ^__^ 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline