Lihat ke Halaman Asli

"Pretty Boys" (2019): Ketika Dunia Televisi Hanya Pentingkan Keuntungan Semata

Diperbarui: 25 November 2020   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribunnews.com

Sebuah film dibuat dengan berbagai tujuan dan maksud tertentu. Suatu ide jalan cerita dari film biasanya dibuat untuk mencari keuntungan. Diambil dari cerita yang "dekat" dengan penonton, mampu mendatangkan keuntungan besar bagi pembuat film.

Tayang di bulan September tahun lalu, Film "Pretty Boys" (2019) berhasil membuat tawa penonton terdengar di bioskop. Mengangkat cerita tentang cita-cita dua sahabat dan seputar dunia pertelevisian yang tidak seindah harapan hingga singgungan kisah transgender.

Anugerah (Vincent Rompies) diceritakan kabur dari sang Ayah, Jono (Roy Marten) karena mendapat larangan untuk menggapai citanya di dunia pertelevisian. Bersama Rahmat (Desta), Anugerah tiba di Jakarta dan sadar akan realita yang ada. Mereka berdua menjadi pelayan dan koki restoran.

Realita Belakang Layar Jadi Sumber Keuntungan

Definisi komodifikasi menurut Mosco (1996) adalah suatu proses pengubahan nilai guna atau fungsi menjadi nilai tukar. Dalam hal ini, para kapitalis melakukan komodifikasi untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya.

Film "Pretty Boys" (2019) mengangkat cerita bagaimana realita yang terjadi di belakang layar televisi. Mulai dari menjadi MC yang "garing" dan tidak memiliki penonton, penonton bayaran, tuntutan peran MC yang "ngondek", hingga bersinggungan dengan para waria yang ada di dunia hiburan.

Kritik Untuk Dunia Televisi

Pada bagian-bagian awal menjadi penonton bayaran, Anugerah dan Rahmat mengikuti ajakan dari Roni (Onadio). Setelahnya, perbincangan Roni dan seorang kru program acara menjadi menarik. Mereka menyebut bahwa penonton bayaran yang datang adalah "curut-curut" layaknya anak tikus.

Dalam dunia hiburan, banyak program televisi yang sering menggunakan jasa penonton bayaran. Bahkan, selama ini penonton bayaran sudah menjadi bisnis tersendiri. Seperti dikutip dari Grid.id, penonton bayaran juga mengalami duka selama memeriahkan suatu acara televisi.

Salah satu dukanya adalah adanya pelecehan secara verbal. Bentuk pelecehan verbal bisa berbentuk ejekan langsung di layar kaca atau bisa dianggap sebagai barang yang bisa diambil seenak jidat.

Misalnya dalam Film "Pretty Boys" (2019), terdapat adegan dalam acara "Kembang Gula", sang MC memberi perintah kepada Roni untuk mencari talent dari penonton bayaran dan berbisik "siapa tau bisa dibungkus". Dialog tersebut menunjukkan adanya pelecehan yang sering terjadi di dunia televisi dan diangkat di Film "Pretty Boys" (2019).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline