Menjadi sekuel dari film terdahulunya yang tayang pada tahun 2018, Love For Sale 2 (2019) mampu memenuhi ekspektasi penontonnya. Naskah yang digodok dengan serius dan dibumbui konflik yang berbeda dari yang sebelumnya membuat film ini layak masuk ke dalam kategori film terfavorit penonton.
1. Memiliki nilai yang dekat dengan penonton
Penceritaan LFS 2 mampu membuat penonton terngiang-ngiang dengan tokoh Bu Ros sebagai Ibu dari keluarga Si Kumbang. Terdiri dari tiga anak laki-laki Ndoy, Ican, dan Buncun yang telah bertumbuh dewasa. Menjadi seorang mertua juga membuat Bu Ros sensi setiap melihat kedatangan dari anak dan menantunya.
Anggapan mertua yang cerewet dilatar belakangi oleh tidak setujunya Bu Ros pada pilihan Ndoy yang memilih menikahi Maya yang seorang janda. Walaupun selalu dianggap menantu yang tidak memenuhi kriteria Bu Ros, Maya tetap berusaha menarik simpati sang mertua. Hal ini membuat tokoh Bu Ros dapat menjadi cerminan bagaimana mertua bertindak ketika pilihan sang anak tidak sesuai dengannya.
Selain memberikan pengaruh pada penonton, penggunaan teknik dalam film seperti longtake atau biasa disebut continous shot menjadi daya tarik tersendiri yang digambarkan dalam film ini. Sutradara Andi Bachtiar Yusuf, mampu memberi warna dengan teknik pengambilan gambar yang tidak terputus. Misalnya pada scene pernikahan salah seorang kerabat keluarga dan scene kematian Pak Giran.
2. Bergenre drama romantis namun tidak "menye-menye"
Bergenre drama romantis, Film LFS 2 mengisahkan Ican yang mulai dihadang oleh perintah sang ibu untuk segera menikah. Ican menjadi harapan satu-satunya bagi sang ibu karena kehidupan pernikahan Ndoy bersama Maya dan Buncun dengan Endah yang bercerai. Hingga akhirnya, Ican dengan segala pertimbangannya, menginstall aplikasi Love.Inc untuk mencari wanita bayaran bernama Arini Chaniago.
Genre film ini juga dapat dilihat dari poster yang menampakkan meja makan yang dikelilingi oleh keluarga Ican dan Arini di atas meja. Menurut sang sutradara, hal ini bermaksud bahwa Arini dalam film menjadi suguhan atau hidangan bagi seluruh keluarga. Maksudnya, Arini yang pada film pertama hanya berurusan dengan Richard namun di sekuelnya kali ini, Arini harus juga menghadapi seluruh keluarga Ican terutama Bu Ros.
Selain dapat dilihat dari poster, genre dari sebuah film juga bisa dilihat dari judul yang digunakan. Jelas bahwa film ini merupakan film romansa karena dalam judulnya memakai kata "Love".
3. Muncul karena pandangan dari sutradara
Film LFS 2 mengarah pada paradigma fenomenologi, di mana fenomena perilaku manusia yang dialami dalam kesadaran diintepretasikan menjadi suatu konsep. Dalam Film Love For Sale 2 (2019) ini dibuat karena banyaknya orang tua yang selalu menekan anak mereka dengan pertanyaan "Kapan nikah?" dan "Kapan punya pacar?". Sehingga memang balutan cerita LFS 2 (2019) digambarkan dekat dengan kehidupan penonton.
Penggambaran Ican yang berumur 32 tahun namun masih single dan sering bergonta-ganti pasangan menjadi cerminan kehidupan anak metropolitan masa kini. Hal ini juga yang menjadi kekhawatiran Bu Ros karena dari ketiga anaknya, hanya Ican yang masih belum menikah.