Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Butuh Banyak Pencipta Kerja Agar Kemiskinan tak Merajalela

Diperbarui: 15 November 2016   04:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Twitter.com/ @aakashborse

"All Humans Are Born Entrepreneurs" - Muhammad Yunus (Bangladesh), pendiri Grameen America dan peraih Nobel Perdamaian.

Pengangguran masih menjadi permasalahan bangsa ini, bahkan negara maju pun menghadapi persoalan pelik yang sama. Tidak seimbangnya jumlah pencari kerja dengan lapangan pekerjaan menjadi pemicunya.

Efeknya kemiskinan semakin merajarela, bahkan yang sudah memiliki pekerjaan masih belum sejahtera karena penghasilan yang didapat belum bisa memenuhi kebutuhan hidup yang semakin mahal.

Lebih runyam lagi jika menengok makin ketatnya persaingan. Alih-alih hanya berkompetisi dengan tenaga kerja sebangsa, kita harus bersaing dengan pencari kerja dari negara-negara ASEAN lain lantaran sejak 31 Desember 2015 yang artinya efektif sejak Januari tahun ini, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mulai berlaku.

Selain meningkatkan kemampuan dan kualitas kerja, apakah ada pilihan lain yang bisa kita lakukan di tengah persaingan global yang semakin kencang ini?

Wirausaha! Itu kunci sekaligus solusinya. Mengapa masih mencari pekerjaan jika kita bisa membuka lapangan pekerjaan dengan berwirausaha.

Berwirausaha juga berarti turut membangun ekonomi bangsa secara aktif. Secara umum berlaku rumusan bahwa agar perekonomian berkembang, maka setiap negara harus memiliki pengusaha sebanyak minimal 2% dari total jumlah penduduk.

Dibandingkan negara ASEAN lainnya Indonesia sangat tertinggal dalam hal jumlah pengusaha. Sebut saja di Singapura mereka sudah punya 7%, Malaysia 5% dan Thailand 3% pengusaha dari jumlah penduduk mereka masing-masing.

Untuk mencapai jumlah 2% tersebut, negara harus menumbuhkan jiwa dan melahirkan wirausahawan baru. Dengan memberikan pendidikan yang layak ditambah keterampilan di dalamnya sehingga setelah menyelesaikan masa studinya, mereka tidak usah bingung mencari pekerjaan lagi.

Apalagi jika merujuk kutipan dari Muhamaad Yunus di atas, setiap individu sejatinya telah memiliki jiwa kewirausahaan. Tinggal kita membangunkan 'entrepreunership DNA' masing-masing.

Tak banyak perhatian ke sektor wirausaha. Masyarakat di lepas ke belantara bernama persaingan bebas dimana isinya adalah para pengusaha mapan yang jauh lebih siap untuk bersaing. Mereka punya nafas panjang dengan modal yang besar, jaringan yang siap dan pengalaman yang matang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline