Hanya ada dua pilihan bagi masyarakat Amerika. Kesinambungan atau perubahan. Trump dipilih karena dia dianggap mampu untuk melakukan perubahan. Sementara Hillary dianggap akan melakukan kesinambungan dalam hal kebijakan-kebijakan sebelumnya. Hilarry yang merupakan masih dalam satu rumah politik partai demokrat dengan Obama, tentu akan melanjutkan beberapa kebijakan yang sudah berjalan.
Donald Trump terpilih menjadi presiden ke-45 karena masyarakat amerika menginginkan perekonomian yang kuat. Latar belakang Trump sebagai pengusaha membuatnya dipercaya oleh masyarakat Amerika.
Karena itu, Trump ingin mengembalikan kejayaan Amerika sebagai negara besar. Semboyan kampanyenya pun tegas tegas menyebutkan “ Make America Great Again”. Dalam pidato pertamanya pun ketika terpilih menjadi Presiden AS, ia berjanji akan menjadi pemimpin negara untuk semua golongan dan menjadikan Amerika berjaya kembali.
Lantas apa saja langkah-langkah ekonomi Trump? Seperti dilansir BBC, dalam hal pajak Trump telah berjanji melakukan pemotongan pajak besar-besaran sejak era Ronald Reagan, termasuk memangkas pajak perusahaan yang semula 35% menjadi 15%.
Di masa Obama yang memberlakukan pajak tinggi, Apple yang merupakan salah satu perusahaan terbesar dunia saat ini mengalihkan usahanya ke Irlandia karena menghindari pajak yang mencapai 35%.
Pemotongan pajak itu diharapkan berimbas pada sektor manufaktur yang juga menjadi fokus Trump. Dia memperhitungkan tarif pajak yang turun bakal meningkatkan investasi pada sektor infrastruktur maupun manufaktur. Ujung-ujungnya tercipta lapangan kerja yang ditargetkannya mencapai 25 juta lapangan kerja.
Lebih jauh, pria yang kini berusia 70 tahun itu juga menginginkan setiap transaksi perdagangan harus melindungi industri AS. Contohnya, Trump bertekad akan menerapkan bea masuk impor produk China sebesar 45%.
Trump juga tegas menentang Trans-Pacific Partnership (TPP), sebuah kesepakatan antara AS dan 11 negara di kawasan Pasifik yang dicapai tahun lalu untuk meliberalisasi perdagangan, menetapkan standar perdagangan umum dan memotong hambatan. Dia juga menolak Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA), di mana ia akan menarik diri jika tuntutan AS tidak terpenuhi.
Sejak masa kampanye hingga memenangi pilpres, Trump memang diakui sangat kontroversial. Banyak pihak memandang Trump sangat agresif dan berani mengambil keputusan. Dengan ketidakpuasan publik Amerika terhadap kinerja Obama, karakter dan kebijakan seperti itulah yang dibutuhkan demi terciptanya perubahan.
Kini, suka atau tidak suka Amerika akan dipimpin oleh wajah baru. Beberapa perubahan kebijakan dari sang Presiden terpilih akan membawa negara itu menjadi yang terkuat di dunia sesuai dengan sebutannya sebagai negara adikuasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H