Bertepatan Hari Raya Idul Adha 1437 H, Partai Perindo mengerahkan kadernya untuk turun hingga ke lapisan masyarakat paling bawah, di seluruh Indonesia. Mereka turun bukan sekedar menyapa, melainkan memberi sumbangan ratusan hewan kurban. 34 sapi dan sekitar 700 kambing. Ini Partai Perindo lakukan karena sadar, masih banyak warga yang belum terlayani dan belum menerima haknya, seperti yang diajarkan dalam Islam, bahwa esensi kurban adalah berbagi antara yang mampu dengan yang tidak mampu. Jika hal ini dilakukan tanpa menunggu hari raya, tentu lebih bagus lagi. Pemerataan ekonomi bagi seluruh negeri bukan lagi tinggal harapan.
Indonesia merupakan negara yang mejemuk. Negara yang mungkin paling majemuk di muka bumi ini. Ada sekitar 250 lebih kelompok etnis dan juga bahasa lokal. Lalu mereka tinggal berserakan di tujuh belas ribu pulau-pulau di seantero nusantara. Kalau tak percaya, hitung saja sendiri:p... Indonesia juga merupakan negara terluas keempat di dunia, yang melampaui tiga zona waktu, saking luasnya.
Kondisi ini membuat negeri kita rentan perpecahan. Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, pernah berkata di ulang tahun RI ke delapan (1953). Awalnya dia mengira, negeri baru ini hanya akan bertahan delapan minggu. Namun ternyata kini sudah melampaui sewindu (delapan tahun).
Perpecahan yang dimaksud bisa berawal dari luar (sengaja dipecahkan), bisa juga berasal dari dalam. Yang paling mengerikan dari dua kemungkinan tersebut adalah perpecahan yang datang dari dalam. Kalau dari luar, sih, nggak aneh.
Negeri kita negeri kaya dengan potensi yang luar biasa. Siapa yang tidak iri? Yang miris jika perpecahan tersebut datang dari dalam, atas dasar ketidakpuasan. Kecemburuan sosial, ambisi politik yang berlebihan, yang ujung-ujungnya menyebabkan konflik horisontal.
Baru-baru ini wilayah utara Sumetera (Sumut) baru merasakan keguncangan semacam itu. Maka, kerusuhan berbau SARA pun merebak. Masyarakat Indonesia memang bagai ladang ilalang kering yang mudah tersulut atau disulut. Namun, tentu ada sebabnya mengapa mereka bisa seperti itu. Kesenjangan kaya-miskin, perlakuan tak adil dari penguasa adalah jawaban yang paling masuk akal.
Untuk itulah demi menjaga keutuhan, Partai Perindo sebagai partai baru turut mengedepankan persatuan dalam bingkai solidaritas. Harapannya, meski kesenjangan sosial masih membutuhkan waktu untuk diatas. Dan masih bergantung kinerja Pemerintah, Partai Perindo setidaknya telah menunjukkan kepedulian pada rakyat kecil.
Solidaritas adalah kunci untuk mempererat persatuan. Sekat-sekat pembatas, eklusifisme antara kaya-miskin, warga keturunan-pribumi sudah seharusnya tak lagi berlaku di negara tercinta ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H