Salam pergerakan, begitulah kiranya semangat dalam jiwa serasa terus terbakar, sebelumnya mungkin ini akan menjadi tulisan terakhir saya sebagai bagian dari struktural PMII Rayon Al-Fanani yang juga mungkin akan cukup panjang serta aneh untuk dibaca, haha, mau bagaimanapun itu bebas lah ya, kalau kata kawan aktivis saya itu, negara kita sudah merdeka bat, terserahlah mau gimana asal jangan terserah kayak cewek tanpa kejelasan, haha.
Kita mulai ya, al fanani, apa seh kalimat pertama yang muncul dalam benak sahabat -- sahabati saat mendengar nama al fanani? Apa kesan sahabat sahabati saat berada di dalam al fanani?, ayo jawab.
Saya fauzi anggota yang telah menjadi kader mujahid, assek, berada dalam ruang ruang al fanani selama 3 tahun lamanya (kurang lebih) setahun sebagai anggota, dua tahun sebagai pengurus, yang tahun ketiga harusnya jadi ketua rayon tapi kenyatannya gagal kan haha, dan hari ini, hari hari menjelang purna atau kalian membaca tulisan ini saat saya telah purna tugas tapi yang pasti tulisan ini dibuat pada tanggal 17 Agustus 2022 tepat di hari peringatan kemerdekaan Indonesia 2 hari menjelang Rapat Tahunan Anggota Rayon PMII Al-Fanai ke 28, ditulis tanpa sengaja tidak pernah direncanakan bahkan ini mau menuliskan apa seterusnya juga tidak tahu, haha.
Sahabat sahabati, kita semua boleh mencari data bahwa yang penting dalam kemajuan organisasi ataupun kesuksesan ialah komunikasi, apalagi kita mahasiswa yang bertemu dengan banyak orang, berbeda ras, suku, agama dan lain lain, berhentilah melakukan praduga dan prasangka tanpa dasar, apa salahnya mengkomunikasikan, mencari kebenaran, kenyataan dan sesungguhnya, kenapa kadang kita terus merasa nyaman dengan persepsi masing masing, dimana persepsi itu terbentuk karena bisikan orang orang yang bukan sumber utama dan bahkan kadang tidak ada hubungannya.
Coba belajar berkomunikasi dengan baik (termasuk saya), bagaimana komunikasi dengan pimpinan organisasi, bagaimana komunikasi antar devisi atau biro, bagaimana seharusnya komunikasi struktural itu terjadi. Komunikasi itu akan membuka koordinasi, akan membuka kolaborasi, akan membuka pikiran pikiran kita, akan merawat otak kita, akan lahir ide ide dan gagasan.
Selama ini (perasaan saya) kontruksi pola pikir kita selalu terkotakkan oleh devisi/biro, kita selalu terjegal struktural untuk melakukan inovasi dan menuangkan ide ide segar, selalu berpatok pada program masa lalu dan beberapa yang menjadi pengurus tidak mengerti bagaimana biro itu seharusnya berjalan, sebab draft mahal yang diprint setiap tahun (draft pleno) hanya seremonial perdebatan basa basi (kejadian selama ini) pasca itu hilang tertelan bumi, untung aja gak diyasinin ahaha.
Sahabat sahabati saya memohon maaf kesadaran ini cukup telat bagi saya dan cukup telat juga saya diskusikan dalam dunia perkopian, entah ini kesadaran yang sama atau tidak hehe. Pertama biro, dengan segala macam program yang ada pernah tidak kita berbicara serius tentang kenapa program itu harus ada? Sesuaikah dengan keadaan, visi dan arah yang kita bawa?
Pertanyaan ini mungkin dapat menjadi teori sederhana dalam merumuskan program kerja. Selain itu masing masing biro punya tanggung jawab program tapi lebih dari pada itu setiap pengurus memiliki tanggung jawab kaderisasi, jangan pernah ada pikiran ini program biro pendidikan santailah, biar biro pendidikan yang mengajak, ini program biro keoorganisasian santailah biar diuurus biro keorganisasian, ah udah ada si A gak usah hadir gak papa. Kemudian ada juga tanggung jawab antar sesama pengurus untuk saling mengingatkan dan merangkul berjalan beriringan, inilah mengapa paham akan tugas pokok dan fungsi itu menjadi penting sebab ada batasan yang tidak boleh dilewati dan ada kewajiban yang harus dijalankan. Ah bahasan apa ini wkwk tidak jelas ya.
Kita lanjut ke yang tidak jelas lagi hehe, kita selalu menerima warisan program kerja dari tahun tahun sebelumnya, saat tahun sebelumnya tidak berjalan dan tahun ini berjalan itu menjadi prestasi, kenapa seh mesti begitu?
Oke saya paham apresiasi tapi apakah kemudian yang kita kejar dalam menjalankan program kerja untuk mendapatkan apresiasi itu?, bukan lah, masak iya itu doang, ada anggota yang akan kita bawa, ada manusia yang di didik, diajar, dikembangkan kemampuan dan pengetahuannya termasuk diri kita sendiri.
Selain itu kadang ada beberapa mata melihat dengan aneh saat ada program tahun sebelumnya ingin dihapuskan, bagi saya, tidak ada kewajiban bagi pengurus mempertahankan program kerja yang ada di tahun sebelumnya, kita berhak dan boleh tetap memasukkan program kerja itu atau tidak atau merubah atau menghapuskan program kerja tersebut dengan catatan ada kejelasan dan rasionalisasi, jika itu dirasa tidak tepat kenapa harus dipertahankan bukan, yang ada malah menyakitkan wkwk.
Pertanyaan terakhir, lah ini kok malah banyak pertanyaan, gak apa lah ya. Apakah selama ini lingkungan kita terasa sebagai lingkungan pergerakan, lingkungan mahasiswa, lingkungan islam? Apa yang membedakan lingkungan kita dengan lingkungan lainnya?, ayo jawab wkwk.
Selain itu selama ini al fanani tidak terlalu banyak dikenal, yang tahu ya mereka yang ada di dalamnya, diluar sana tidak banyak yang tahu, dalam artian sejuah ini belum ada yang bisa kita banggakan, pengetahuan orang tentang kita hanya soal demonstrasi, demonstrasi dengan konotasi buruk. Udah ah, sebenernya masih banyak lagi pembahasan ini, Cuma ya gimana udah ngantuk dan oleng ini, ngomong ngomong sendiri kayak orang begok, eh bukan kayak lebih ke emang mungkin ya, haha. Selamat dan Semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H