Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Fauzi

Pakar tidak jelas

Merenung Menuju Indonesia Emas

Diperbarui: 20 November 2020   06:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Krisis moral sejatinya tidak pernah mencuat secara akbar akibat masing masing individu telah menjadikan hal negatif yang terjadi dianggapnya biasa. Pertanyannya mengapa hal ini bisa terjadi? jawaban kemungkinannya ialah disebabkan masyarakat telah bosan dipertontonkan dengan hal hal negatif sehingga menganggap "memang sudah seperti itu".

Akhir-akhir ini ramai perihal segala persoalan mengenai Habib Reziq, mulai dari ke datangannya hingga terakhir beberapa hari yang lalu mengadakan acara maulid nabi dan pernikahan anaknya. Semua saling melempar, satu pihak mengatakan adanya izin dan arahan dari pemerintah setempat di pihak lain menyatakan sebagai peringatan dan himbauan. Di satu tempat mengatakan peduli terhadap covid-19 di tempat lain melakukan kegiatan yang kontra akan kata peduli covid-19.

Kejadian ini menjadikan saya melihat satu hal terselip yaitu keilmuan yang dimiliki, informasi yang diketahui tidak menjadikan lahirnya sebuah kebeneran melainkan disimpan sebagai persiapan untuk saling menyatakan pembenaran. Mengutip kalimat Sujiwo Tejo "Bangsa ini kebanyakan pagi, tapi kekurangan senja. Bangsa ini kebanyakan gairah atau semangat tetapi kurang perenungan" kira kira begitulah ucapannya.

Semua berlomba - lomba agar publik menilai ini baik dan itu buruk, semua berlomba - lomba mengatakan saya bener mereka salah. Tidak adakah ritual sejenak merenungkan apa apa yang telah dilakukan, jangan - jangan apa yang dianggap baik adalah buruk dan apa yang dianggap benar adalah salah.

Perlu dicatat bahwa mengakui kebaikan adalah baik, keburukan adalah buruk, kebenaran adalah benar dan kesalahan adalah salah tidak sedikitpun menghilangkan harkat martabat seorang manusia. Maka, pemuda sebagai generasi masa depan harapan bangsa, mari bersama bangkit membangun negeri dengan melakukan apa yang seharusnya hari ini kita lakukan.

Sampaikan suara persatuan gaungkan kalimat-kalimat perdamaian, masing masing diri harus mampu membedakan mana yang patut untuk dicontoh dan mana yang tidak patut dicontoh, agar krisis moral tidak lagi terulang di masa mendatang. Dengan itu saya mengajak para pemuda untuk merenung sejenak, mari kita kembali mengingat, memahami dan sadar peran kita sebagai pemuda.

Setidaknya ada tiga peran pemuda yaitu Agent of Change (perubahan), Agent of Development (pembangunan), Agent of Modernizations (pembaharuan). Agent of change Artinya bahwa pemuda Indonesia sebenarnya memiliki peranan untuk menjadi pusat dari kemajuan bangsa Indonesia itu sendiri, dengan memulai perubahan dilingkungan sekitar ke arah yang lebih baik.

Kedua, agen of development yaitu bahwa pemuda memiliki peran dan tanggung jawab dalam upaya melancarkan atau melaksanakan berbagai macam pembangunan di berbagai macam bidang, baik pembangunan nasional maupun pembangunan daerah. Hal ini perlu untuk menjaga eksistensi bangsa Indonesia di kancah dunia, serta dapat memberikan kesan baik di mata dunia. Contoh dengan mengembangkan budaya yang ada di Indonesia kemudian memperkenalkannya pada kancah internasional.

Ketiga, agen of modernizations yaitu pemuda wajib memiliki kemampuan dalam menganalisa perubahan zaman yang pastinya memberi pengaruh besar pada daerah maupun bangsa Indonesia, sehingga dapat memilih mana yang memang perlu untuk dirubah dan mana yang seharusnya dipertahankan.

Hal telah diajarkan dalam ajaran Aswaja yaitu Al muhafadotu alal qodimi sholih, wal akhdu bil jadid al aslah, sebagai salah satu contoh ialah dengan menyeleksi budaya yang masuk ke daerah ataupun Indonesia. Mari renungkan sejenak, sejauh mana kita telah berusaha ikut serta membangun negeri, sehingga sebagai generasi penerus masa depan harapan bangsa mampu mewujudkan Indonesia emas sebagai hadiah di satu abad Indonesia merdeka. Begitulah Katanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline