Kamis sore di hari libur, langit yang cerah. Aku duduk di bangku sudut taman sambil memakan kentang goreng dan teh poci, sembari melihat lalu-lalang para manusia dengan aktivitasnya masing-masing.
Ahh ya aku senang sekali duduk disini menjadi pemerhati untuk hal-hal yang ada saja setiap harinya. Suatu hal yang nantinya akan aku lupakan atau akan menjadi suatu tanda tanya sepulang nya aku kerumah. Seperti malam ini. Malam ini aku ingin bercerita sedikit tentang hal-hal yang seharusnya dibenarkan tapi malah ditertawakan.
Teringat kemarin sore, mataku tertuju pada sekumpulan muda-mudi yang duduk dihamparan rumput, tepat di sampingku. Dengan jarak sedekat ini aku bisa mendengar pembicaraan mereka.
Mulut dan benang-benang nya.
Dengan gawai di tangan, mulut dan benang-benangnya, terdengar berisik membicarakan pilihan hidup seseorang, mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak perlu dikatakan.
Tapi, mataku tertuju kepada satu orang dari kumpulan tersebut yang tidak ikut merespon pembicaraan itu.
Dan dengan sorot matanya yang tegas keluar lah kalimat satire dari mulutnya "kita bisa membicarakan hal lain, tidak melulu tentang orang lain"
duarrr!!!
Aku seperti tertampar.
Kalimat itu pun dibalas ejekan oleh beberapa temannya dengan kalimat tidak menyenangkan.
"gausa merasa paling bener"
"munafik"
"mulai deh sok kritis, sok peduli"
Sangat disayangkan. Mungkin tidak ada satu pun orang yang menyukai kebenaran.
Orang-orang jadi enggan melakukan hal baik. Karena terkadang peduli pun ditertawakan.
#selfreminder
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H