Lihat ke Halaman Asli

Capres 2014: Antara Ramalan Paranormal vs Prediksi Lembaga Survei

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan pun berganti bulan, hingga tahun berganti tahun. Tanpa kita sadari 9 tahun sudah bangsa ini di pimpin oleh Bpk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kepemimpinan yang penuh dengan dinamika politik pasang surut elektabilitas berbagai partai politik tak terasa telah mendekati ujungnya. Sama-sama kita ketahui, sudah 2 periode ini Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai orang nomor 1 di negeri ini. Artinya sudah habis kesempatannya untuk mengajukan lagi pencalonan dirinya di ajang politik paling bergengsi ini.

Pernah suatu ketika saat saya sedang membeli nasi bungkus di salah satu angkringan di sudut kota Sidoarjo, para tukang ojek yang sedang menunggu penumpang dengan segelas kopi di sisi kanannya dan kedua tangannya memegang koran yang baru ia beli pagi tadi. Dengan hangat dan antusias mereka mulai membicarakan perihal calon presiden yang akan memimpin Indonesia periode 2014-2019.

“heh min, sopo yo kiro-kiro sing menang nyapres?” begitu sekiranya percakapan mereka dalam bahasa jawa.

Bila kita perhatikan, wacana capres 2014 ternyata tidak hanya menjadi buah bibir di kalangan elit politik dan akademis saja. Saat ini masyarakat Indonesia semakin melek dalam hal perpolitikan meskipun kedudukan mereka sebagai pemilih bukan aktor aktif politik. Mulai dari tukang becak, ojek, sopir angkot, semuanya gear membicarakan tema ini. Hal ini akan sering anda temukan di Ibu Kota Jakarta. Pengalaman saya di sana, saya mendapati realitas bahwa obrolan bertemakan politik tidak hanya di bicarakan oleh masyarakat kelas menengah keatas, melainkan masyarakat kelas menengah ke bawah pun sudah banyak yang gemar membicarakannya juga.

Kurang dari satu tahun kita akan mendapatkan pemimpin negeri yang baru. Pertanyaannya sekarang, siapakah kira-kira presiden yang akan terpilih di pemilu 2014 nanti?

Masyarakat pun memiliki jawabannya masing-masing dengan metodenya masing-masing. Umumnya masyarakat pedesaan yang masih kental kepercayaan kejawennya memiliki metode yang berbeda dengan masyarakat kota yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi. Dua metode tersebut adalah metode ramalan paranormal dan metode survei statistik.

Banyak masyarakat jawa yang masih memegang kepercayaan kejawen yang mempercayai ramalan jayabaya untuk menjawab pertanyaan di atas. Ramalan Jaya Baya adalah sebuah gambaran nyata tentang perubahan kondisi dari tahun ke tahun – dari jaman ke jaman.Indonesia sudah diramalkan sejak ribuan tahun silam oleh peramal tersohor,oleh raja adiluhung yang sakti mandra guna yaitu Pangeran Jayabaya raja Kerajaan Kediri.Ramalan Jayabaya sering juga di sebut Jangka Jayabaya,asal usulnya ada dalam kitab Musasar yang di gubah oleh kanjeng sunan Giri Prapen dan dilestarikan turun temurun oleh sang pujangga hingga sekarang.Salah satu isinya adalah “NUSWANTORO BAKAL TOTO,TITI,TENTREM,LOH JINAWI,RAHAYU MUKTI WIBOWO YEN WES KACEKEL DENENG RATU KAPING PITU,YO RATU ADIL YO SATRIO PININGIT”. Negara Republik Indonesia akan tertata,teliti,tenteram,subur makmur diakui dan berwibawa dimata dunia setelah dipimpin oleh presiden ke tujuh,ratu adil bijaksana yang berjuluk satria piningit.Ramalan ini membuat para sesepuh,orang – orang linuwih,ahli spiritual,praktisi supranatural,paranormal merasa penasaran untuk menilik lebih jauh tentang kebenarannya. (di kutip dari http://www.mbahmijan.com/ramalan-capres-2014/)

Berdasarkan ramalan tersebut seorang politisi yang sekaligus juga paranormal yakni Permadi SH menyatakan bahwa presiden tahun periode 2014-2019 merupakan keturunan mojopahit. Menurut Permadi, istilah keturunan Majapahit itu tidak harus berarti yang bersangkutan memiliki garis keturunan atau ada silsilah langsung dengan Majapahit. Tapi keturunan itu bisa turunan, dalam artian yang bersangkutan kewahyon, menerima turunan wahyu, menerima Wahyu Kedaton atau Wahyu Cakraningrat memimpin negeri ini. (di kutip dari http://indonesia-web.blogspot.com/2013/05/permadi-sh-capres-2014-keturunan.html). Namun ketika di tanyai lebih spesifik siapakah nama presiden yang akan terpilih, Permadi SH belum bisa menjawabnya.

Hal ini berbeda dengan paranormal mbah mijan, dengan pendasaran yang sama yakni ramalan joyoboyo, mbah mijan menyatakan bahwa Indonesia saat ini memasuki era ramalan joyoboyo yakni presiden ke tujuh adalah seseorang yang berjuluk ratu adil dan satrio piningit. Di kutip dari website yang sama, Mbah Mijan menilai bahwa SATRIO PININGIT dan RATU ADIL bersifat kiasan,pernyataan ini di buat setelah Mbah Mijan melakukan interaksidimensi lain beberapa waktu lalu.Makna kiasan yang terkandung pada julukan Satrio piningit-Ratu adil adalah “Kejujuran dan Harta”.Siapapun presidennya nanti,jika dia memiliki sifat jujur,arif serta bijaksana itulah yang dimaksud Satrio Piningit. Dari keyword itu, mbah mijan memiliki ramalan bahwa presiden tahun 2014-2019 adalah seseorang yang berinisial JW. Tidak tanggung-tanggung mbah mijan menyatakan keyakinannya 99% bahwa JW akan menjadi presiden bila JW mau. Berbeda perkaranya bila JW tidak mau mencalonkan diri sebagai presiden, ramalan mbah mijan berbelok kepada seseorang dengan inisial PS.

Berbeda metode maka akan berbeda pula hasilnya, bila masyarakat yang mempercayai kepercayaan kejawen memiliki prediksi presiden 2014 yakni yang berinisial JW atau bila tidak PS, maka masyarakat yang telah terbuka pemikirannya dengan pola fikir rasionalitas lebih menggunakan metode yang bisa di pertanggungjawabkan secara logika. Yakni metode jajak pendapat dengan metode statistika yang biasa di sebut survei. Banyak lembaga survei yang berkembang pesat di Indonesia di masa-masa pemilihan umum ini. Salah satunya adalah Lingkaran Survei Indonesia. Di kutip dari Tempo.co, Lingkaran Survei Indonesia memprediksi dua tiket calon presiden akan digenggam oleh PDI Perjuangan dan Partai Golkar. Karena dengan syarat pengusungan capres seperti sekarang, hanya akan ada tiga calon presiden yang bertarung dalam Pemilu 2014 mendatang.

"Dua partai yang memenuhi syarat adalah Partai Golkar dan PDI Perjuangan," kata peneliti LSI, Ardian Sopa, di kantornya, Rawamangun, Jakarta, 3 November 2013. Dalam survei LSI Oktober 2013 lalu, elektabilitas Partai Golkar mencapai angka 20,4 persen dan PDI Perjuangan 18,7 persen.

Ardian mengatakan, dua partai ini tidak akan menemui kesulitan dalam mengusung calon presiden. Karena itulah, kedua partai ini tetap akan menjadi poros utama dan memimpin koalisi calon presiden pada Pemilu 2014 mendatang. Menurut Ardian, Golkar akan mengusung Aburizal Bakrie dan PDI Perjuangan akan mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden. "Capres adalah pemimpin struktural partai," kata dia.

Hasil survei yang demikian ini  berdasarkan Pengumpulan data LSI dilakukan pada 12 September hingga 5 Oktober 2013 lalu. Pengambilan 1.200 responden dilakukan dengan metode sistem acak berjenjang. Responden disurvei dengan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Dengan tingkat kesalahan survei sebesar 2,9 persen.

Entah JW-PS yang akan menjadi presiden 2014 berdasarkan ramalan paranormal atau ical-mega yang akan terpilih menjadi presiden 2014 berdasarkan survei, kita warga negara Indonesia sebagai pemilih lah yang akan menentukannya. Kita akan di pimpin oleh pemimpin yang bijaksana, jujur, adil, yang bisa membawa Indonesia mencapai cita-cita berbangsa dan bernegara atau dipimpin oleh pemimpin yang korupsi, curang, ingkar janji, semua nya ada di tangan kita. Di hari kita memilih pemimpin Indonesia yang baru saran saya jangan asal memilih. Cermati dulu setiap calon, analisalah apa visi-misi setiap calon. Lihatlah kemampuannya dengan meneliti track recordnya. Benturkan dengan kondisi Indonesia saat ini bisakah seorang calon dengan visi-misi dan kemampuan seperti itu menyelesaikan permasalahan yang sedang di hadapi Indonesia. Jangan memilih calon yang memberikan uang Rp 50.000 di pagi hari sebelum anda berangkat ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) karena calon yang seperti itu sudah mengindikasikan bahwa ia bukan pemimpin yang baik. Tunggu saja setahun dua tahun maka ia akan korupsi besar-besaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline