Lihat ke Halaman Asli

Kavin Ashfiya

Mahasiswa UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Penolakan Aktivis GP Anshor terhadap Khalid Basalamah Apakah Sudah Tepat?

Diperbarui: 19 Maret 2023   06:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: wikipedia

Baru-baru ini berita tentang penolakan GP Ansor terhadap Khalid Basalamah ramai menjadi perbincangan di jagat maya. Afif Fuad yang merupakan aktivis GP Ansor menolak agenda ceramah Khalid Basalamah di masjid Al Jabbar. Tentunya hal tersebut bukan tanpa alasan, penolakan tersebut didasari anggapan Afif Fuad terhadap isi ceramah Khalid Basalamah yang mana isi ceramahnya bersifat intoleran. Afif pun mengungkapkan rasa kekecewaannya terhadap Ridwan Kamil yang memberikan panggung kepada Khalid Basalamah untuk menyebarkan ceramahnya.

Tentunya hal semacam ini sudah tak mengherankan lagi. Khalid Basalamah yang kerap dituding sebagai bagian kelompok wahabi di Indonesia tentunya pasti berseberangan dengan pandangan GP Anshor yang notabene adalah salah satu badan otonom dari Nahdlatul Ulama. NU yang selama ini dianggap sebagai Ahlussunnah Waljama'ah memiliki pandangan atau bahkan konsep ajaran yang berbeda dengan para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab (Wahabi) yang dianggap sesat. Tulisan ini tidak memihak kepada salah satu dari kedua kubu tersebut, tulisan singkat ini bertujuan untuk merefleksikan fenomena tersebut dengan akal yang jernih guna terwujudnya harmonisasi para rakyat Indonesia.

Tentunya sangat mengherankan jika kita melihat reaksi yang ditunjukkan Afif Fuad terhadap ketidak-setujuannya terhadap isi ceramah-ceramah Khalid Basalamah, uangkapan kekecewaannnya seakan ingin menunjukkan bahwa seharusnya Ridwan Kamil memihak kepadanya (Afif Fuad) agar melarang Khalid Basalamah untuk berceramah. Tentunya mungkin interpretasi ini akan ditolak oleh beberapa pihak terutama pendukung Afif Fuad. Tetapi saya punya pertanyaan,  atas dasar apa ia berhak kecewa terhadap perizinan tersebut?. Bukankah hak asasi manusia yang melekat pada setiap individu sudah cukup mendukung kebebasan berpendapat?.

Dalam pandangan pribadi saya, dengan tindakannya tersebut Afif Fuad akan melenceng dari jalur demokratis yang mendukung kebebasan para individu di bawahnya. Terlebih jika nantinya ada intervensi dari Afif Fuad terhadap Ridwan Kamil, maka jalan yang ia anut tak jauh beda dengan jalan Muhammad bin Abdul Wahhab yang menyebarkan ajaran-ajarannya dengan memanfaatkan kekuasaan raja pada saat itu. Bukankah hal ini sudah keluar dari manhaj Ahlussunnah Waljama'ah?, dan dengan begitu "NKRI harga mati" dengan demokrasinya yang selama ini banyak disuarakan oleh tokoh-tokoh NU akan berubah "NKRI akan mati" dengan jalan oligarki. lalu semangat kebangsaan mana yang ia anut?

Dengan hal tersebut kebebasan berpendapat yang juga merupakan hak asasi manusia tentunya akan dibekukan oleh oknum yang tak paham akan HAM yang sekarang berlaku hampir di seluruh dunia. Ridwan Kamil yang juga merupakan salah satu pemerintah juga tak wajib untuk melarang kegiatan-kegiatan keagamaan. justru sebaliknya, ia harus melindungi kebebasan individual para rakyatnya dan seharusnya mengabaikan upaya-upaya intervensi dari luar. Yang patut dipertanyakan mengapa tidak ada upaya dari Afif Fuad untuk membawa persoalan ini dengan jalur dialog terbuka?.

Lalu perihal intoleransi yang terkandung dalam ceramah-ceramah Khalid Basalamah, intoleransi semacam apakah yang dimaksud oleh Afif Fuad?, apakah intoleransi yang dapat menyebabkan kekacauan diantara masyarakat? Ataukah intoleransi yang dapat menyebabkan radikalisme?. Ketidak jelasan tersebut tentunya timbul dari pernyataan Afif Fuad yang enggan memberikan penjelasan argumen pada perkataannnya. Jika intoleransi yang dimaksud adalah perbedaan pendapat yang dapat menyebabkan kekacauan diantara masyarakat, bukankah hal tersebut tak dapat dielakkan melihat perbedaan pendapat antar dua kubu tersebut masih merupakan persoalan khilafiah?. Lalu jika hal tersebut memang yang dimaksud, betapa konyolnya perkataan Afif Fuad yang seakan ingin menyelaraskan semua pandangan-pandangan manusia. Atas dasar apa ia ingin menyelaraskan semua pandangan manusia?.

Lalu jika intoleransi yang dimaksud adalah hal yang dapat menyebabkan radikalisme, mengapa ia tak menyibukkan diri untuk mengedukasi masyarakat saja agar terhindar dari radikalisme yang ditakuti?. Toh radikalisme yang sudah banyak menyebar dimana-mana akan tertuntaskan jika kecerdasaan masyarakat ditunjang dengan berbagai edukasi. Jika memang tak mampu mengapa ia (Afif) tak memberikan argumentasi singkat saja tentang pernyataannya. Dan dengan argumen tersebut tentunya akan menyebabkan hilangnya ambiguitas pernyataannya. Tentunya dengan penolakannya tersebut tidak akan berdampak apa apa terhadap intelektualitas para masyarakat Indonesia. Adakan saja dialog terbuka agar masyarakat bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan hal tersebut tentunya akan sedikit membuka cakrawala masyarakat untuk saling menghargai perbedaan pendapat.

Fenomena yang menggelikan semacam ini saya harap tak akan terulang lagi. Seharusnya masyarakat lebih berfokus dalam memandang persamaan-persamaan universal satu dengan yang lainnya. Para aktivis seharusnya lebih aktif lagi dalam mengedukasi masyarakat khususnya dalam menyikapi perbedaan dengan jalan dialog yang sehat, dan menyadarkan masyarakat bahwa perbedaan-perbedaan tak dapat dihilangkan, oleh karena itu semakin mereka disibukkan dengan memandang kesamaan universal diantara mereka, maka kekacauan yang disebabkan oleh perbedaan akan semakin terkikis. Dan nantinya harmonisasi masyarakat akan terealisasi. Sekian terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline