Bismillah... Aku pikir, semua orang di dunia ini ga ada yang alergi dengan qalam illahi. Agama apapun dia. Secara masing-masing individu berhak menentukan keyakinannya. Jadi, apapun cara beribadah manusia, patutnya kita menghargainya untuk mengamalkan UU pasal 29. Nah, kisahku hari ini ga ada hubungannya sama sekali dengan perbedaan keyakinan. Melainkan dengan seseorang yang alergi dengan qalam illahi yang sering menjadi peganganku sehari-hari. Pagi tadi, saking merepetnya waktu ngantor, mendadak otakku cerdas dan berkolaborasi dengan hati yang menjadikanku naik ojek biar cepat nyampe. Maka jadilah gw nunggu ojek d sekitar tempat tinggal (ya eyalah, masa d negara tetangga sih?). Secara tradisi dan kebiasaan aku kalau keluar rumah selalu membaca Al-Fatihah, 3 kul (Surat An-Nas, Al-Ikhlas dan Al-Falaq) + Ayat kursi. Secara keyakinan batiniahku, dengan membaca ayat tersebut, aku minta perlindungan kepada Allah Swt agar senantiasa menjaga dan melindungi umatNYA yang sering ngaku-ngaku kiyuts ini . Selain itu, biar menjadi nilai ibadah juga di sisiNYA. Amin
.. Back to topic Hidayat.. Semakin aku baca ayat tersebut, laju ojek yg ditumpangi semakin kenceng juga. Padahal cuaca Kendari lagi keren. Ga hujan, Ga badai dan gak lebay. Hingga akhirnya gw minta ama sang sopir biar lebih pelan sedikit.. gw : "pak,, pelan dikit doong... ini nyawa yang bapak gonceng, bukan barang" Dengan sekali rem pakem, aku hampir jatoh dari motor. Lalu dengan gaya ala pembalap motor hero di ojek berkata : "jangan baca apapun juga atau kita akan terbakar" huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat????
Beragam macam asumsi berseliweran diotakku. Bahasa kerennya sih su'udzon. Alih-alih aku alihin perhatian, yang ada aku makin takut. Apa katanya tadi? "JANGAN BACA APA-APA?" emange aku anak jin apah? yang kalau dibacain ayat Allah kebakar?
arrrgggghhhhh... Jarak antara kantor ama posisiku masih rada jaoh.. Akhirnya aku berjuang melawan rasa pegel d betis saking kemaren dapet hidayah buat diet dengan cara lari sore, akhirnya aku jalan kaki dari tempat gw turun dari ojek (tanpa bayar seserpun) sampai nemu pete-pete yang mengarah ke kampus. Selama perjalanan aku berpikir panjang.. Masih adakah orang seperti itu di zaman semodern ini yang alergi terhadap qalam illahi? Atau apakah dia??? dia??? dia??? aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa *histeris*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H