Lihat ke Halaman Asli

Moderasi Beragama sebagai Implementasi dari Hablumminannas

Diperbarui: 12 September 2023   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Indonesia merupakan negara majemuk yang di dalamnya terdapat banyak keragaman, suku, budaya, etnis, bahasa, dan agama. Melihat keadaan Indonesia yang sangat beragaram, hal itu tentu membuka peluang terjadinya perpecahan terjadi dalam masyarakat. Walaupun begitu pada hakekatnya tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri. Manusia memiliki naluri ilmiah untuk hidup bersosial dengan manusia lain. Manusia merupakan makhluk yang hidup berkelompok, bermasyarakat, dan hidup bersama dengan manusia lain. Manusia juga saling membutuhkan satu sama lain karena memang alam menuntut manusia untuk terus terikat satu sama lain. Oleh karena itulah manusia disebut sebagai makhluk sosial yang mana mereka juga melakukan interaksi sosial. Di dalam salah satu aturan dalam Islam tentang interaksi yang mana disitu kita diharuskan membangun Hablumminannas.

Moderasi merupakan kata yang diambil dari kata 'moderat' yang berarti tidak berlebihan. Kata moderasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan berasal dari bahasa Latin moderatio, yang memiliki arti kesedangan (tidak berlebihan dan tidak kekurangan).  

Maka jika di konteks kan ke dalam kata moderasi beragama, istilah tersebut memiliki arti sikap tidak berlebihan, atau menghindari keekstreman, baik ekstrem kanan maupun kiri dalam praktik beragama. Dalam konteks beragama, moderasi dipahami  oleh pemeluk agama islam dengan istilah islam wasatiyah atau islam moderat yaitu islam yang mengambil jalan tengah dan toleran, penuhkasih sayang, cinta damai, serta jauh dari kekerasan. Moderasi beragama dalam islam memiliki beberapa prinsip seperti, Tawassuth (mengambil jalan tengah), Tawazun (seimbang), I'tidal (lurus dan tegas), Tasamuh (toleransi), Musawah (persamaan), Syura (musyawarah), Ishlah (reformasi), Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), Tathawur wa ibtikar (dinamis dan inovatif), Tahadhdhur (berkeadaban).

Moderasi bukanlah sikap tidak tegas terhadap sesuatu seperti bersikap netral pasif karena tidak memihak. Penafsiran dari kata moderasi bisa saja berubah jika tidak dalam menafsirkan dan menerapkannya tidak menyesuaikan sikap dengan keadaan. Kesalahan penafsiran makna moderasi bisa saja membuat yang menggampangkan maupun ekstrem sama-sama merasa diri mereka masing-masing telah menerapkan moderasi, padahal keduanya bukanlah pertengahan yang menjadi salah satu indikator moderasi. Dalam menjalin hubungan baik sesama manusia moderasi beragam sangatlah vital posisinya. Moderasi beragama merupakan filter yang kita sadari atau tidak dapat menyaring masuknya paham-paham yang tidak sesuai di terapkan di tempat dimana kita berada.

Refrensi :

Abror, M. (2020). Moderasi beragama dalam bingkai toleransi. Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, 1(2), 143-155.

Nawi, M. Z. M. (2018). Komponen Sosiologi Islam Pemangkin Pembangunan Insan Holistik.

Hasan, M. (2021). Prinsip moderasi beragama dalam kehidupan berbangsa. Jurnal Mubtadiin, 7(02), 110-123.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline