Lihat ke Halaman Asli

Semua Kompasianer Wajib Baca Tulisan Ini

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13334428891057768965

[caption id="attachment_172491" align="aligncenter" width="255" caption="Sumber:www.suaraonline.wordpress.com"][/caption]

Ha...wajib? Tulisan apa sih kok berani-beraninya mencantumkan kata wajib. Mungkin itu yang pertama muncul dibenak anda begitu membaca judul diatas. Dan mungkin juga anda mencium ada bau arogan dari judul diatas. Maafkanlah saya jika anda menganggap ada arogansi dari judul yang saya buat. Itu semua tak lain dan tak bukan, karena keinginan saya agar mendapat banyak masukan dari yang membacanya. Semakin banyak yang membaca semakin besar pula peluang saya mendapat banyak pelajaran.

Hal kedua yang mendasari saya membuat judul seperti itu adalah karena hal yang akan saya bahas berikut ini adalah hal yang tidak bisa dihindari oleh semua kompasianer bahkan oleh semua manusia. Yaitu tentang MASALAH. Bukankah rumah sehat yang bernama Kompasiana ini juga tak luput dari masalah. Mudah-mudahan nanti saya bisa banyak belajar dari kawan-kawan kompasianer melalui komentar-komentar yang diberikan.

Buat saya, Masalah = Masak Sih Salah..!?

[caption id="attachment_172492" align="aligncenter" width="224" caption="Sbr;www.knowtulus.com"]

13334431984845990

[/caption]

Ya sejatinya tidak ada yang salah dengan masalah dan anda harus membaca artikel ini karena hidup anda tidak mungkin lepas dari masalah [maaf maksa he..he..he]. Hampir semua kalau tidak boleh dikatakan seluruh pertumbuhan kualitas kemanusiaan seseorang berawal dari masalah yang dialaminya. Masalah adalah PELUANG yang diberikan kehidupan untuk bertumbuh. Sebagian mengambilnya dan sebagian lagi mengabaikannya. Masalah memunculkan sisi kegeniusan anda. Robin Sharma salah seorang guru kehidupan dalam bukunya THE GREATNESS GUIDE mengatakan bahwa masalah membantu anda tumbuh dan mengarahkan pada hal-hal yang lebih baik, baik secara organisasi maupun kehidupan. Menghindari masalah berarti menghindari PERTUMBUHAN dan KEMAJUAN. Menolak masalah berarti menolak sukses.

Jika anda tidak mau ketemu masalah maka MATI SAJA, tapi saya tidak menjamin kalau anda mati tidak ada masalah karena pertama saya belum punya pengalaman mati dan masih kepingin berumur panjang, kedua kalau melihat begitu banyaknya roh-roh yang gentayangan berarti matipun ada masalah !? Mengutip apa yang pernah dikatakan Gede Prama [penutur kejernihan], bagi yang sudah bertumbuh dewasa tahu dan paham [karena sudah melewatinya] bahwa masalah, godaan dan cobaan adalah tanda-tanda kalau kehidupan sedang melangkah ke tangga-tangga yang lebih tinggi. Tidakkah anda mau melangkah ke tangga yang lebih tinggi ???

Menerima masalah sebagai sesuatu yang tidak salah tidaklah mudah perlu LATIHAN dan KETEKUNAN. Serta perlu pemahaman hidup yang lebih dalam. Karena sifat dasar manusia yang selalu menghindari rasa sakit dan sengsara serta hal-hal yang berbau ketidakenakan. Padahal seperti yang dikatakan oleh Kahlil Gibran bahwa kebahagian dan kesedihan itu TINGGAL SERUMAH. Tatkala kita mengobrol dengan kebahagiaan di ruang tamu, kesedihan menunggu kita di kamar tidur. Jangan terlalu berlebihan merayakan kebahagiaan dan jangan terlalu larut dalam masalah dan kesedihan. Karena masing-masing membawa pesan pembelajarannya sendiri-sendiri. Pesan pembelajaran yang untuk pertumbuhan jiwa dan bekal kita di kehidupan setelah kehidupan singkat ini seringkali atau lebih banyak dititipkan pada penderitaan dan masalah, bukan pada kebahagiaan dan kesuksesan. Raksasa-raksasa spiritual seperti : Jalalludin Rumi, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela,Mother Teresa sampai Dalai Lama bertumbuh karena mereka mengalami banyak goncangan dan penderitaan.

Masalah memang membuat kita sakit dan perih sampai kadang-kadang tidak tahu mau berbuat apa lagi, hidup serasa buntu. Apapun masalah anda ingatlah bahwa mutiara yang mahal itu berasal dari masuknya sebutir pasir kedalam tiram yang terbuka. Dan untuk menahan rasa sakit yang luar biasa itu sang tiram mengeluarkan air liurnya untuk membungkus pasir tersebut. Dan ini berlangsung selama bertahun-tahun. Memang ini semua tidak mudah, tidak sekali jadi dan tidak serta merta butuh latihan dan ketekunan untuk membiasakan diri menerima masalah sebagai pesan pembelajaran yang luar biasa. Jalan naik itu memang selalu lebih sulit itulah bedanya antara mendaki gunung dengan jalan di jalan biasa. Untuk ke puncak gunung perlu perjuangan begitu pula ke puncak kehidupan.

1333443410470104474

Ngomong gampang...begitu mungkin gumam anda sebagian pembaca..!? Saya maklum kalau ada yang bergumam seperti itu. Karena latar belakang dan pengalaman hidup seseorang berbeda-beda serta segala sesuatunya ada tingkatan dan prosesnya. Ada yang cuek, marah bahkan memaki begitu membaca artikel ini dan ada juga yang mencoba bijak menyikapinya. Itulah kehidupan selalu menghadirkan dualitas. Meminjam istilahnya Gede Prama, bila ada sesuatu yang belum bisa kita mengerti jangan buru-buru marah, memaki atau menyalahkan karena kemungkinan ia jauh diatas kemampuan pikiran kita untuk bisa mengerti. Atau sebaliknya terlalu sederhana untuk bisa memuaskan kerumitan pikiran.

Salam Bijak Palsu_______________________Be Happy With Your Problem

Note: Sebagai ladang pembelajaran, mohon kritik dan sarannya !!!!!!!!!!!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline