"Hari ini, 22 Juni 2014, saya memutuskan untuk mengembalikan seluruh buku "catatan pinggir" kepada penulisnya, Goenawan Muhamad." Begitu inti utama pernyataan pers yang saya buat. Alasannya apalagi kalau bukan karena penulisnya, GM, telah melakukan kesalahan. Ilustrasi di atas tentu saja boongan karena sekarang masih tahun 2010, bukan 2014. Tapi sungguh ilustrasi di atas boleh dibaca sebagai sindiran saya bagi GM yang telah "mendeklarasikan" keruntuhan sisi baik dari manusia dengan mengembalikan Bakrie Award kepada pemiliknya karena alasan-alasan kesalahan sang pemilik dalam berbagai hal baik diranah ekonomi maupun diranah politik. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana seorang budayawan yang begitu humanis, tokoh pers yang begitu "berani" bisa menjadi sosok yang menampar-nampar sisi baik yang melekat pada setiap insan, sekalipun dia adalah sosok sekaliber Fir'un. Bakrie Award jelas sisi baik dari kemanusiaan, siapapun pemiliknya. Dan apapun kejahatan yang mungkin dilakukan oleh pemiliknya tidak boleh menghukum kebajikan yang dia miliki. Apa hak orang pinter untuk meniadakan kebajikan yang telah dan akan dia perbuat? Apakah dengan turut menghukum sisi kebajikan yang melekat pada manusia kita semua akan lebih manusia? Apakah dengan membasmi keburukan manusia kita semua akan menjadi lebih manusia? Bukankah dengan kejahatan itu kita semakin mengenal kebajikan? Saya tidak bermaksud melanggengkan kejahatan untuk menjadi modalitas bagi kemanusiaan manusia. Tapi menghukum kebajikan yang ada pada manusia yang kita anggap jahat sungguh sebuah kejahatan juga. Apakah saya harus mengembalikan semua buku "catatan pinggir" yang mencerahkan itu hanya karena penulisnya ketahuan berbuat keburukan? Tidak. Karena kebajikan adalah kebajikan yang harus dihormati dan keburukan adalah keburukan yang harus diperbaiki. Kesalahan akan mendapat ganjarannya dan kebajikan akan memperoleh ganjarannya pula. GM, barangkali anda sudah lelah. Dan bisa jadi sedang kehilangan kalimat bertuah sehingga tergoda untuk menghukum kebajikan yang ada. Tapi sungguh, saya tidak akan mengembalikan buku "catatan pinggir" karena memang itu kebajikan yang menginspirasi saya, sekalipun anda nanti ketahuan berbuat salah. Anda dan saya adalah manusia dan saya masih membutuhkan bacaan anda untuk menemukan banyak kebajikan. Entahlah, mungkin anda sudah tidak butuh lagi kebajikan karena sudah merasa menjadi dewa kebenaran. Terakhir saya pinjam kalimat anda kala melawan rezim hukum orde baru dulu dengan kalimat saya sendiri "kebajikan adalah kebajikan sekalipun ditangan penjahat. Kebajikan bisa disalahkan tapi tidak bisa dikalahkan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H