Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Fahroji

If my mind can conceive it, and my heart can belive it, then i can achieve it.

Mencegah, Menyikapi, dan Mengatasi Ninja di Sebuah Organisasi atau Kepanitiaan

Diperbarui: 17 September 2020   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa yang terlintas dipikiran anda ketika mendengar atau membaca kata ninja?, apakah sebuah karakter fiksi dari animasi ninja hatori atau naruto, atau mungkin sebuah kendaraan moge. 

Memang tidak salah semua itu, setiap orang punya penafsirannya masing-masing. Apalagi disini saya hanya menanyakan "ninja" tanpa ada keterangan lebih lanjut. Lalu memangnya ninja yang bagaimana sih yang dimaksud?.

Ketika berkecimpung dan masuk ke dalam suatu organisasi dan/atau kepanitiaan, tak jarang mewajibkan kita mengikuti visi dan menjalankan misi yang sudah ditetapkan atau dibicarakan bersama sebelumnya. 

Sehingga, ego masing-masing individu di dalam suatu kepengurusan dalam organisasi tersebut harus bisa saling melebur dan menyatu menjadi ego bersama  atau lebih tepatnya mengutamakan kepentingan dan tujuan bersama dibandingkan ambisi pribadi. 

Namun disini bukan berarti hak individu di tolak/tidak diakui, justru disinilah seninya berorganisasi tentang bagaimana kita membaur dan melebur saling melengkapi tanpa harus saling menyungkur atau menjelekkan satu sama lain. Intinya agar tebentuknya sinergisme yang saling support antar pengurus atau anggota dalam suatu organisasi ataupun dalam kepanitiaan.

Pertanyaannya apakah semudah dan sesimple itu? Tidak  semudah itu Ferguso. Banyak faktor yang akan menghambat proses tersebut, tak jarang yang menghambat justru dari internal kepengurusan tersebut. Dari salah satu atau bahkan lebih anggota/pengurusnya mengalami kemunduran semangat ataupun kinerjanya. 

Hal tersebut disebabkan baik itu karena merasa tidak nyaman selama berproses di organisasi tersebut, muncul rasa tidak percaya diri atau tidak percaya dengan rekan/atasannya, hingga pada akhirnya mereka melupakan "komitmen" yang dia buat untuk masuk ke dalam kepengurusan. 

Tak jarang setelahnya, mereka yang luntur semangatnya, malas, dan lupa akan komitmennya, memilih jalan ninja untuk menjadi NINJA.

Memilih menjadi ninja, adalah opsi yang paling mudah dan menyenangkan bagi segelintir orang yang memang tak tahu diri dan masa bodoh dengan perasaan oranglain "memiliki sifat egoisme yang tinggi". 

Lalu korelasinya apa dengan ninja?, mereka yang seperti itu cenderung memilih untuk seenak udelnya/semaunya sendiri. Mereka seperti avatar, hilang saat masa-masa sulit dan datang saat senang-senangnya saja. 

Mereka seperti makhluk halus, keberadaannya ada tapi "hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang mau diajak ngobrol olehnya". Hobinya ghosting bikin rekan-rekannya overthinking hingga negative thinking, berusaha berfikir positif tapi DASARNYA MEMANG NEGATIF GA ADA POSITIF-POSITIFNYA.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline