Lihat ke Halaman Asli

Analisis Kesenjangan Digital dalam Realitas Masyarakat Indonesia

Diperbarui: 22 Desember 2021   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Ditulis oleh

Fardan Kaftaro
Staf Kastrat BEM UI 2021

Dalam perkembangannya, digitalisasi tentu tidak selalu berjalan dengan mulus. Kenyataan pahit akan digitalisasi terlihat dari bagaimana kesenjangan terjadi di masyarakat.  

Menurut Manuel Castells (2002), kesenjangan digital adalah ketidaksamaan akses terhadap internet karena akses terhadap internet merupakan syarat untuk menghilangkan ketidaksamaan di masyarakat atau inequality in society. Berangkat dari pernyataan Manuel Castells, alih-alih memberikan penyelesaian, digitalisasi justru menjadi masalah baru bagi segelintir orang yang menimbulkan kesenjangan.

Isu kesenjangan digital ini sudah menjadi perhatian para politisi maupun peneliti sejak tahun 1990-an tepatnya saat pemerintahan Clinton -- Al Gore di Amerika Serikat yang memperkenalkan istilah digital divide atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai  kesenjangan digital (Hadiyat, 2014). 

Isu kesenjangan digital pada 1996 secara cepat menjadi isu yang mendunia, sebab isu ini nyatanya tidak hanya terjadi di negara berkembang, tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa (Hadiyat, 2014).

Menurut Van Dijk (2010) terdapat tiga level dalam kesenjangan digital, yaitu access physical and materials (access divide) atau kesenjangan digital yang terjadi pada tahap awal dan merujuk pada masyarakat yang memiliki akses dan yang tidak memiliki akses terhadap teknologi digital. 

Use and Skills (usage divide) berupa kesenjangan digital primer yang merujuk pada perbedaan cara penggunaan antara masyarakat yang memiliki akses dengan masyarakat yang tidak memiliki akses pada teknologi digital. 

Serta digital outcome of tangible results (quality of use divide) atau kesenjangan yang terlihat pada kualitas dari masyarakat yang menggunakan teknologi digital dalam keseharian.

Jika ditelisik lebih jauh pada realitas masyarakat Indonesia, tentunya ketiga level kesenjangan ini masih relevan terjadi hingga saat ini, terlebih cakupan negara yang luas serta kondisi geografis dan perbedaan budaya memiliki peranan dalam kesenjangan digital di Indonesia. 

Selain itu, idealisme orang-orang yang sudah berumur tua juga akan berbeda dengan millenials yang terus mengembangkan pemahaman dan skill mereka terkait teknologi digital.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline