Lihat ke Halaman Asli

Mungkin Bapak Lupa?

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan rasanya Indonesia memanas, banyak asupan karbon tambahan dari teriakan para demonstran di jalanan. Sebenarnya, apakah teriakan ketidak-puasan itu sampai kepada beliau yang dimaksudkan ? Bapak negara, yang keberanian gaya kepemimpinannya terdengar sampai ke negeri Paman Sam, mungkin bapak lupa, bahwa Indonesia tak hanya sekedar Jakarta atau Solo. Tidak cukup sekedar blusukan untuk mengurus negara. Mungkin bapak lupa, target yang segera inginn dicapainya dulu, ketika berorasi sebagai seorang CALON. Memang, memegang sebuah amanah besar akan lebih sulit dari ketika hanya sekedar membayangkan. Namun dulu, bukankah bapak sangat yakin dengan semua perencanaannya? Mungkin bapak lupa.

Kemarin dua orang teman saya berdebat terkait harga BBM, mana yang sebenarnya berlaku sekarang. Baru kemarin setelah bapak dilantik, harganya naik, lalu turun, kemudian naik lagi. Mirip dengan hasil EKG pada penderita gangguan irama jantung, naik turun tanpa pola yang jelas. Itu guna penyesuaian dengan harga minyak dunia, katanya. Dapatkah bapak, dan mereka yang duduk disana menjelaskan kepada kami, tentang mengapa itu harus berlaku ? Padahal selama ini, para pendahulu bapak telah pertahankan agar rakyat tidak tercekik dengan kelabilan ini. Mungkin ada yang dapat memaklumi keputusan bapak dan segala alasannya ini, tetapi mungkin bapak lupa, masalahnya di bawah sini adalah efeknya terhadap ketidakstabilan harga dalam banyak hal. Mungkin bapak lupa, dibawah sini, bukan cuma mereka yang hidup uncang kaki. Dibawah sini, satu rupiah bahkan berarti.

Beberapa bulan yang lalu, seluruh media informasi menyiarkan hal yang sama, CICAK VS BUAYA jilid 2. Kami memang bukan ahli politik, tapi jika politik yang dimaksud adalah politik seperti ini bahkan kami mungkin tak mau. Penyejuk di istana mungkin terlalu sejuk sehingga bapak tak tau bahwa rakyat dibawah sudah gerah, terbakar panas yang membakar kedua pihak, tanpa diketahui jelas siapa penyulutnya. Jika permainan antara dua lembaga hukum yang jelas adanya itu ditampilkan pada sebuah layar lebar dihadapan masyarakat, siapa yang percaya bahwa di Indonesia kita ini ada penegak hukum. Mungkin bapak lupa, diluar sini pun rakyat bukannya buta hukum. Mungkin bapak tak dengar, banyak pertanyaan di benak masyarakat terkait sikap bapak atas masalah ini. Dan mungkin bapak lupa, bahwa seorang kepala negara punya kewenangan mengambil keputusan tanpa intervensi apapun.

Dulu, sebelum bapak menjabat banyak rumor beredar bahwa bapak hanyalah boneka dari dalang dibelakang layar. Bapak hanyalah tangan kanan yang dimunculkan oleh seorang petinggi partai. Tapi mungkin bapak lupa bagaimana bapak bisa duduk di posisi sekarang ini ? semata karena kepercayaan dari mereka yang berhasil menepis segala rumor buruk tentang bapak. Rasanya kecewa sekali menjadi mereka yang memercayakan negara ini kepada bapak,ketika sekarang ini sikap bapak seolah meng-iyakan bahwa memang partai diatas segalanya untuk bapak. Pernyataan dari partai pengusung yang mengatakan bahwa setiap kader partai harus ikut aturan partai, seolah memang membuat bapak mau tak mau harus patuh. Mungkin bapak lupa, bahwa seorang kepala negara punya tugas lebih berat dari seorang kader partai.

Terlalu dini memang jika harus memberi jempol terbalik untuk masa kepemimpinan bapak, mengingat betapa banyak beban yang bapak tanggung. Namun setiap pemimpin memiliki cara,dan prioritas mereka masing-masing. Mungkin bapak lupa, dulu bapak pernah beritahu kami terkait prioritas-prioritas itu. Mungkin bapak lupa, harapan-harapan yang kami iringkan bersama bapak ketika kursi belum diraih. Memang terkesan memaksa, tidak sabar, terlalu banyak mengkritik, maaf, tapi mereka hanya mengacu terhadap apa yang bapak katakan dulu. Sekedar saran, jangan terlalu kontroversial mengambil sikap.

Dibawah sini, kami memang tak tahu apa yang terjadi di gedung putih sana, namun ada suatu pelajaran yang mungkin dapat bapak ambil intisarinya, seorang pemimpin berdiri karena ada mereka yang dipimpin. Seorang pemimpin akan berhasil memimpin jika dari setiap lapis mereka yang dipimpin mendukung. Untuk membuat mereka ikut mendukung harus dicapai suatu pemahaman yang sama, pemahaman yang sama dapat dicapai dengan manajemen komunikasi yang baik atas segala hal. Husnudzhannya, yang dibawah sini berfikir bahwa ini hanya terkait kurangnya koordinasi antara bapak, dan jajaran beliau-beliau disana. Bahwa cheos yang ada di masyarakat sekarang hanya karena kenyataan yang belum tercapai, bukan yang tidak sesuai ekspektasi.

Sekali lagi, hanya mengingatkan karena memimpin Indonesia bukan hanya turun ke pasar di saerah Jakarta atau Solo. Sekedar saran, mungkin bapak lupa.

 

Ditulis oleh : Tiara Dwiavantari - staff kementerian kajian strategis BEM KBMK Unsoed

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline