Lihat ke Halaman Asli

Hujan Bulan Juni, Tanda Kiamat di Depan Mata?

Diperbarui: 31 Juli 2024   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Penulis: I Komang Raditya Putra Pratama

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu dari 35 negara di dunia dengan potensi risiko bencana tinggi. Pada tahun 2018, BNPB menyebutkan bahwa 90 persen bencana yang terjadi adalah bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca atau bencana hidrometeorologi. Bencana hidrometeorologi tidak terlepas dari perubahan iklim atau climate change. 

Tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

Hujan Bulan Juni -- Sapardi Djoko Damono

Puisi indah dengan tajuk "Hujan Bulan Juni" karya penyair legenda Indonesia, Sapardi Djoko Damono, berhasil menyentuh hati orang yang membacanya. Namun, masyarakat era 1900an akan berpikir bahwa judul karya ini cukup hanyalah imajinasi penulis. Bagaimana tidak, fenomena hujan yang turun di bulan Juni telah "menyalahi" periode musim karena musim hujan seharusnya ada pada rentang bulan Oktober hingga Maret. Namun, "Hujan Bulan Juni" telah benar-benar terjadi. Fenomena ini menjadi sinyal perubahan iklim yang mengganggu keseimbangan alam dan menyebabkan berbagai bencana ekologis. 

Manusia menjadi aktor yang "bersalah" untuk terjadinya perubahan iklim. Tanpa mereka sadari, perubahan iklim yang mereka sebabkan berdampak langsung pada kemalangan kualitas hidup generasi mendatang.

Perubahan iklim mengarah pada fenomena kekeringan dan kelangkaan air yang merusak proses dan kualitas hasil pertanian. Selain itu, tidak dapat diprediksinya pergantian iklim menyebabkan kesulitan petani untuk menentukan jadwal tanam dan panen sehingga menyebabkan kegagalan panen. Dengan demikian, perubahan iklim secara signifikan menyebabkan terganggunya produksi pangan yang berujung pada tidak terpenuhinya kebutuhan gizi anak-anak di masa depan. 

Kualitas hidup terkait kesehatan masyarakat juga terancam oleh perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam, seperti badai, banjir, kebakaran hutan, dan gelombang panas yang meningkatkan risiko kasus penyakit menular, gangguan pernapasan, dan kasus kesehatan lainnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline