KARYA#4 Publikasi Karya Tulis Mahasiswa FISIP UPN Veteran Jakarta
Penulis: Ilhami Lailatul Safitri
Program Studi Ilmu Komunikasi Angkatan 2023
Permasalahan di Indonesia yang tak pernah berujung salah satunya adalah masalah sampah dan limbah. Populasi penduduk Indonesia yang masuk peringkat 4 dengan populasi terbanyak di dunia menjadi salah satu penyebab banyaknya limbah yang angkanya kian tak terkendali. Banyak nya sampah dan limbah di Indonesia menyebabkan manejemen sampah menjadi rendah. Hal tersebut juga menyebabkan Indonesia menjadi negara penyumbang sampah terbanyak di dunia.
Terlebih lagi dampak adanya virus covid-19 terjadi peningkatan limbah medis. Terhitung sejak maret 2020, total limbah medis menghasilkan sebanya 18.460-ton yang masuk ke kategori limbah B3. PERSI atau Proyeksi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia memperkirakan limbah medis di Indonesia bisa menyentuh angka 493 ton per hari.
Pengelolaan limbah medis ini haruslah aman dan ramah lingkungan. Sehingga dibutuhkan perlakuan dan fasilitas khusus hingga limbah itu dimusnahkan. Belakangan ini, adanya pandemi membuat jumlah limbah medis naik drastis. Seperti yang dikutip dari jurnal Listiningrum, 2021 mulai dari APDD, specimen, bahan farmasi bekas, alat Kesehatan bekas yang mengandung bahan logam, maupun kemasan bekas alat-alat kesehatan.
Limbah medis Covid-19 ini sendiri diperlukan perhatian khusus, sebab virus SARS-CoV- 2 mampu bertahan dalam kondisi suhu dan kelembaban tertentu. Jika limbah medis Covid-19 dibuang tanpa penanganan, pastinya akan memunculkan masalah baru di tengah upaya dari pemerintah untuk memutus rantai penularan Covid-19.
Maimunawaro, 2021 menuturkan bahwa sampah dalam jumlah besar telah menciptakan efek buruk pada lingkungan. Pembuangan sampah di TPA mungkin menjadi metode pembuangan sampah yang umum. Kesehatan manusia, kehidupan tumbuhan dan hewan terpengaruh berkat metode ini. Metode pembuangan limbah yang berbahaya mencemari air permukaan dan air tanah. Serta dapat menimbulkan dan menyebarkan penyakit yang berbahaya. Terlebih lagi limbah medis yang tergolong berbahaya ini masih sangat rendah dalam pengelolaan dan manajemennya. Teknologi yang kurang
dalam penerapannya untuk diaplikasikan dalam pengelolaan sampah dapat berakibat buruk bagi kehidupan sekitar dan juga lingkungan. Pada faktanya limbah medis tidak bisa di buang begitu saja tanpa penangan yang tepat, sehingga membutuhkan alat untuk dapat mengelola limbah tersebut dengan benar dan tepat.
Dalam mengatasi masalah ini masih banyak kendala yang dihadapi khusunya oleh pemerintah, seperti pertama teknologi pengolahan masih tergantung dengan insinerator yang mana teknologi ini berpotensi mengemisikan merkuri dan dioksi. Seperti yang dipaparkan Sitompul, 2021 pada jurnalnya, hasil pembakaran insinerator akan mengubah limbah padat menjadi abu, gas partikulat dan panas, pada akhirnya gas asap yang dihasilkan dari pembakaran medis ini berbahaya karena mengandung pertikulat, hidrokarbon, logam berat, asam hidrokolat, sulfur dioksida dan juga dioxin.
Jika seseorang menghirup senyawa ini, Ia akan rentan untuk terkena penyakit kanker. Terlebih lagi, insinerator proses pembakarannya tidak dilengkapi pengendali pencemaran udara yang dalam prosesnya melepaskan berbagai jenis polutan ke udara dan dapat menyebabkan masalah lingkungan . Kedua, fasilitas pengolahan limbah medis yang belum tersebar merata di seluruh Indonesia membuat pengolahan limbah medis tidak optimal di beberapa daerah.