Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif. Berbagai alternative penyelesaian diajukan dan yang banyak dikemukakan untuk mengurangi masalah budaya dan karakter bangsa tersebut itu adalah pendidikan.
Pendidikan adalah transformasi budaya, sehingga persoalan budaya dan karakter bangsa yang kurang baik akan menjadi sorotan tajam masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternative yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik.
Sebagai alternative yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang dapat diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat dalam waktu yang relative lama sehingga membangun pendidikan sesungguhnya investasi jangka panjang.
Pendidikan karakter dapat menjadi salah satu solusi dari persoalan atau sorotan tajam tentang budaya bangsa. Karakter adalah nilai-nilai yang unik baik yang terpateri dalam diri dan diterapkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil pola pikir, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang.
Karakter juga sering diasosiasikan dengan istilah apa yang disebut dengan temperamen yang lebih memberi penekanan pada definisi prisikosional yang dihubungkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Sedangkan karakter dilihat dari sudut pandang behavior lebih menekankan pada unsure somatopsikis yang dimiliki seseorang sejak lahir.
Pendidikan karakter berfungsi untuk:
a.Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik
b.Memperkuat dan membangun perilaku bangsa multikultur
c.Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh banyak factor yang khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang juga disebut factor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Factor bawaan dikatakan berada diluar jangkauan masyarakat dan individu untuk mempengaruhinya. Sedangkan factor lingkungan merupakan factor yang berada pada jangkauan masyarakat dan individu.
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
1.Jujur
2.Toleransi
3.Disiplin
4.Kerja keras
5.Kreatif
6.Mandiri
7.Demokratis
8.Rasa ingin tahu
9.Semangat kebangsaan
10.Cinta tanah air
11.Menghargai prestasi
12.Komunikatif
13.Cinta damai
14.Gemar membaca
15.Peduli lingkungan
16.Peduli sosial
17.Tanggung jawab
18.Religious
Pendidikan karakter penting karena sebagai penyeimbang kecakapan konigtif. Pendidikan karater akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkulitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotong-royongan, saling membantu dan menghormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari jerman yang bernama FW Foerster:
1.Pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut.
2.Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali mengahadapi situasi baru.
3.Adanya otonomi, yaitu anak didik mengahayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.
4.Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Berpijak pada empat cirri diatas , kita bisa menerapkannya pada pola pendidikan yang diberikan pada anak didik. Misalnya, memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang baik maupun buruk, memberikan apresiasia atas potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport anak dalam mengambil keputusan terhadap dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H