Lihat ke Halaman Asli

Pemuda Rantau yang Malang

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Sudah hampir duatahun sudah seorang pemuda perantau tinggal di Negeri Orang dan dalam masa itupula agaknya pemuda itu meneguk manisnya madu pendidikan. Seorang pemuda perantau yang berangkat dari Desa untuk belajar banyak tentang ilmu, hanya bermodalkan keinginan, tekad yang bulad, harapan yang banyak, mimpi yang ingin dijadikan kenyataan, bersama do’a yang selalu menyertai setiap pengusahaan.

Setelah duatahun pula dia kehilangan semangat dan jiwa penghidupannya. Menghirup udara, menatap keindahan dunia dan melangkah seakan-akan tak bermakna. Semua terasa kosong, hilang tak bearti. Ilmu yang diberikan bagaikan sebuah sodoran makanan di dalam sendok yang akan disuapkan oleh para pengajar kepadanya hanya ditelan tampa di kunyah dimulutnya.

Setelah beberapa bulan belakangan ini, jiwa penghidupannya terbangun, semangat menjalani hari menggebu. Setelah dia mengenal seorang gadis yang bersahaja dengan keindahan wajahnya, cantik rupanya dengan sebuah jilbab yang tak hilang dimakan masa. Sifat baik, budi yang luhur dan kegembiraan selalu ia gambarkan dalam menjalani harinya. Seakan-akan hidup jauh dari beban, penderitaan dan masalah kehidupan. Siapa sosok laki-laki yang tak jatuh cinta akannya. Begitu juga dengan seorang pemuda perantauan ini.

Sebuah perkenalan membuah kedekatan penyambung silaturrahim yang baik. Agaknya seorang gadis itu telah berhasil menyusup kedinding hati seorang pemuda. Pemuda yang perlu akan bimbingan, kasihsayang dan kesetiaan. Pintu hati pemuda rantau itu membuka lebar untuk seorang gadis yang baru ia kenal. Sejak perkenalan itu, pemuda itu meraih kehidupannya kembali.

Kedekatan, kebersamaan dan kenyamanan selalu mereka gambarkan dalam setiap pertemuan, agaknya kedua insan telah menaruh hati satu sama lain.

Suatu hari Pemuda rantau itu duduk disebuah sungai kecil di tengah-tengah hutan menikmati indah sungai mengalir melantunkan lagu kebahagiaan seakan ia merasakan kebahagia pemuda itu, ternyata pikiran pemuda itu melayang-layang dan bertanya akan dirinya “Pantaskan sosok seorang gadis yang cantik dan luhur akan hatinya menjadi seorang kekasih buat pengisi kekosongan hatinya?”.Rasa tak pantas membuat ia hilang akan impian besar bersama gadis tersebut. Tapi, hatinya berperang antara ia ingin memiliki seorang gadis menjadi kekasihnya atau seorang sahabat selamanya.

Ketakutan gadis itu meninggalkannya hingga ia memberanikan diri untuk memantaskan diri depan sosok seseorang yang ia kagumi. Ia beranikan dirinya untuk berkata jujur dengan gadis tersebut. Gemetar hatinya dan jantung berdebar seakan ia menghadapi sesuatu yang menakutkan dan mencekam. Dengan ponsel sebagai modal awal ia memulai kata.“Salahkan bila ku berharap banyak padamu”. Begitu kata yang akan ia kirimkan dengan seorang gadis yang ia cintai. Ketika ia ingin mengirimkan kata-kata itu, meskipun sangat singkat, padat dan memiliki arti yang mendalam. Pemuda itu memejamkan kedua matanya dan berbunyi nada ponselnya bahwa pesan telah terkirim. Rasa tak karuan, penyesalan mulai timbul, kenapa ia melakukan hal itu. Hatinya tak satu arah dan satu pemikiran. Penyesalan dan keberuntungan menjadi satu rangkap dan mendekap didalam hatinya. Akan apa jawaban yang akan dibalas oleh gadis tersebut. Was-was sudah, hanya kepasrahan yang pemuda itu lakukan. Apapun yang terjadi dia harus siap menerima kenyataan.

“Gimana jika besok kiranya kita bisa bertemu, kita akan bicarakan hal ini, karena di dalam sms ini tidak enak untuk megutarakan”. Begitulah balasan yang dikirimkan oleh wanita pujaan hatinya. Hatinya semakin takut, kalau-kalau gadis itu merasa kecewa akan dirinya. Dia termenung diatas dipan tempat ia menindihkan seluruh badannya untuk istirahat malam ini.

***

Esok harinya dengan berbekal hati yang tebal siap menerima apa yang akan terjadi, airmata atau kegembiraan yang akan ia terima. Berangkat dengan hati yang tulus dan ingin mendengar jawaban dari bibir gadis tersebut.

Agaknya wanita tersebut telah menanti kehadirannya, ia mendekat tak sepatah katapun yang berucap dari bibirnya. Harus dari mana ia akan memulai pembicaraan ini, gadis itu hanya memberikan senyuman yang tak pernah sirna dari wajahnya. “Gimana jawaban SMS saya tadi malam”. Itulah ucapan dari seorang pemuda yang sudah hilang semua kata-kata didepan wanita yang ia cintai. Pemuda itu tak pernah mengulang kembali kata-katanya didalam SMS yang ia kirim tadi malam. “Iya, Aku mau”. Itulah ucapan gadis tersebut. Kata-kata yang satu jengkal tapi, membuat orang disampingnya bahagia. Pemuda itu merasa dirinya sangat beruntung mendapat gadis tempat ia menggantungkan pengharapan akan hidup yang selama ini ia cari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline