Lihat ke Halaman Asli

Wisata Pemuda Rantau

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Duhai sahabat apa kabar? Sudah lama tak kucecahkan jemari ini, sudah lama tak kucoret-coret kau sikertas putih, sekarang izinkan aku untuk melepaskan rindu, mengindahkan dikau dalam celotehan-coletehan hati seorang perantau.

Beberapa hari nan lalu aku dibahagiakan dengan peristiwa yang menyenangkan, menggugah hati, penguat jiwa untuk penjelajahan kehidupan. Terkadang aku berpikir nasibku tak sebaik nasib orang lain, namun perjalanan ini telah menyadarkan, sang pemilik jiwa nampaknya sedang mengajarkan betapa beruntung aku, betapa indahnya kehidupanku, betapa bahagia perjalan hidup yang kutempuh.

Banyak sekali kata-kata yang dulu begitu mudah kuucapkan sekarang diam-diam tertepis angin ketidak pantasan. Kata sulit menjelma menjadi kemudahan dan aku merasa tak pantas untuk mengeluh dan tak pantas merasa lelah.

Desa yang begitu indah, udara yang masih segar seolah tersenyum dengan ikhlas, air mengalir, mengalirkan kemegahan desa yang terletak dipinggiran sungai ini. Melangkah, menaiki transportasi sungai merupakan peristiwa yang tak terlupakan hari itu.

Mengarungi sungai yang panjang, alam menyapa, burung bernyanyi dan angin menerpa seolah bahagia dengan perjalan ini, aku dan sahabatku yang berangkat ketika mentari belum menampakkan wajahnya masih termenung duduk ditransportasi air yang kami kendarai, hanya ucapan Subhanallah yang bibir ucapkan. Tak pernah kami dapati pemandangan ini dikota tempat kami tinggal, dikota hanya ribuan gedung-gedung yang tak pernah membahagiakan hanya ciptaan Allah dengan bukti seluruh jagat raya ini begitu indah, bersahaja dan berimbang.

Lamunan terhenti ketika kami sudah tiba di pelabuhan Pondok Pesantren Riadhul Muttaqin As’adiya, sebuah sekolah yang menjadi tujuan kami berkunjung untuk berbagi sedikit ilmu yang kami miliki.

Hidup ini bukanlah personal, bukanlah pribadi juga bukan diri sendiri apalagi individual, namun hidup adalah sebuah interaksi sosial antar indidu satu dengan individu yang lain, takkan pernah kita jumpai hidup yang tak membutuhkan orang lain dan begitu juga takkan pernah orang lain bisa hidup sendiri.

Manusia memiliki banyak sekali kekurangan, namun bersyukurlah dengan kekurangan yang kita miliki karena justru dengan kekurangan kitalah kita akan menemukan orang yang bisa menutupi kekurangan kita.

Pondok Pesantren Riadhul Muttaqin As’adiya ini memiliki siswa yang punya banyak kelebihan dari pada kami, taat agama, taat perintah, sopan santun dalam bersikap dan berbicara, hanya satu yang tak mereka kenal, yang mereka belum tau yakni tentang teknologi.

Kami tergabung dalam team HIMASIF STMIK Nurdin Hamzah ingin menutupi kekurangan adik-adik siswa di Pondok Pesantren Riadhul Muttaqin As’adiya ini. Berbagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang teknologi.

Satu hal yang tak pernah kami jumpai sebelumnya, siswa di Pondok Pesantren Riadhul Muttaqin As’adiya ini memiliki semangat ingin tahu yang luar biasa, antusias mereka dalam mengikuti pelatihan membuat kami ingin selalu ingin berbagi dengan mereka.

Dua haripun telah berlalu, kebersamaan telah menoreh kebahagian diantara kami, sudah seperti keluarga yang saling menguatkan satu sama lain namun waktu akhirnya memisahkan kebersamaan kami, senyum, keceriaan dan tawa mereka torehkan kepergian kami.

“Kembali lagi kesini ya kak?” kata inilah yang menghias bibir mereka, “kakak cepat sekali disini, pengennya kk lama disini” berbagai ucapan yang mereka lontarkan namun kesemuanya itu tak bisa merubah keadaan, hanya lintasan do’a dalam hati kami, semoga ini bukanlah yang pertama dan terakhir kami disini.

Berlayar dan siap kami kembali kekota Jambi membawa berita kebahagian yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata, tuhan mendengar dan dunia melihat semoga ini menjadi awal untuk lebih baik buat kedepannya, Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline