Lihat ke Halaman Asli

Kasman Renyaan

Peminat Sejarah

Kosabara: Filosofi Hidup Orang Buton Menggapai Sukses

Diperbarui: 6 Oktober 2016   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam rona kehidupan orang Buton, orang tua seringkali mengingatkan kepada anaknya, terutama ketika ia akan keluar minggalkan rumah, merantau untuk tujuan pendidikan atau berusaha di kampung orang (tanah rantau) harus menjalani hidup dengan penuh kosabara. Pesan moril yang mengandung makna sabar ini, dianggap kunci sukses seorang perantau. Dengan berpegang pada prinsip kosabara, dibarengi kerja keras, kesuksesan akan menjadi milik seseorang yang menjalaninya. Apabila seorang anak masih dalam keadaan mengenyam bangku pendidikan, baik di bangku sekolah maupun di perguruan tinggi, diharuskan berpegang pada filosofi hidup kosabara.

Bagi anak sekolah atau mahasiswa yang menempuh pendidikan dan menetap jauh dari orang tua, tinggalnya di rumah kontrakan (kos), hidup menderita karena kehabisan makanan, menahan lapar, tak punya uang, jarang makan, terkadang hanya minum air, puasa, sudah biasa bagi mereka dan menjadi lagu wajib. Karena itu, kosabara adalah hal yang penting dan diharuskan buat semua orang yang merantau jauh. Agar cita-citanya dapat terwujud.

Dalam filosofi hidup kosabara, para orang tua seringkali mengambil contoh dan berkaca pada pengalaman orang-orang sukeses di lingkungan kehidupan mereka. Kebanyakan kesuksesan yang dicapai orang Buton, menurut mereka meskipun itu bersifat individu, karena berpegang pada prinsip hidup kosabara. Mereka yang dianggap sebagai pekerja keras dan pantang menyerah. Memulai usaha dari nol, berjuang untuk mendapatkan angkah satu, lalu melangkah ke angkah seribu, hingga menjadi miliader, juga karena kosabara.

Fakta bahwa di Ambon Maluku misalnya, banyak orang-orang Buton yang mempelopori ekonomi kota. Di Pasarlama, Mardika, Batumerah, Rumah Tigga, dan kota-kota pelabuhan di daerah itu, banyak dijumpai orang Buton dengan beragam pekerjaan. Mulai dari penjual sayur, barang kelontongan, pedagang eceran, hingga berdagang dengan menempati/memiliki Rumah Toko (Ruko). Boleh dibilang sukses dan menjadi miliader di Maluku. Di bidang politik, di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), 2 kali periode berturut-turut orang Buton, menjadi wakil Bupati. Bahkan di tahun 2013 lalu, adapula di antara mereka tercatat sebagai calon wakil gubernur Maluku. 

Belum lagi anggota legislatif, banyak orang Buton. Mereka awalnya orang-orang yang tak punya apa-apa. Kehidupan mereka berasal dari petani, tukan becak, tukang gerobak, tukang bakul, buruh bangunan, buruh pelabuhan, pelaut, dan lain sebagainya, tetapi dengan berpegang pada filosofi hidup kosabara. Akhirnya, mereka kini tampil sukses, menjadi pengerak ekonomi kota. Meminjam istilah Ziwar Efendi, orang Buton menjadi penentu masa depan politik di Maluku. Di setiap kali momentum politik di daerah Maluku, orang Buton tak pernah ketinggalan di sana. Ada saja di antara mereka yang bertarung merebut singasana kekuasaan di daerah tersebut. Semua itu berawal dari hidup mereka yang penuh dengan kosabara.

Prinsip kosabara ini, sekarang tengah dipakai menjadi moto salah satu calon wakil bupati orang Buton di SBB dalam merebut kursi pejabat daerah itu dalam pemilihan umum serentak 2017 mendatang. Moto kosabara, menjadi penyemangat dirinya, sebagai jurus pamungkas menagkis serangan miring dari lawan politik mereka.

Kembali lagi pada pesan orang tua, kosabara. Di hina, di fitnah, dicaci-maki. Akan tetapi, mereka tetap kosabara. Itulah sebabnya, mereka menggapai sukses di tanah rantau. Parera, dalam penelitiannya (2013), mengungkapkan, kesuksesan orang Buton di Ambon Maluku, karena daya juang mereka yang tinggi dalam berusaha, tak perah legah dan pantang menyerah. Tidak hanya kosabara, tetapi yang menjadi pegangan juga adalah koemani(beriman). Kerja keras yang mereka lakukan ternyata dibarengi dengan prinsip hidup beriman. Artinya, meskipun pekerjaan mereka kasar, asalkan mereka tidak mengambil hak orang lain alias mencuri. 

Bekerja keras dengan penuh pengharapan kepada Tuhan, Allah Swt. Keimanan yang kuat ini, menjadi modal sosial mereka memanamkan kepercayaan dan dipercaya orang lain terutama pada pengusaha Tioghoa di Maluku, bila mereka sedang merintis usaha dagang. Itulah sebabnya, mereka sukses. Masih banyak sebetulnya untuk mengulas dan memaknai kosabara dalam rona kehidupan orang Buton. Namun, dicukupkan sampai di sini. Asalkan inggat pesan kosabara, bukan berarti menjual harga diri. Karena kosabara orang Buton menggapai sukses.[1]


[1] Arti kata : Kosabara (Sabar) Koemani (beriman). Dua istilah ini sebetulnya mengandung makna yang luas dalam kehidupan orang Buton. Renungan Malam, 05 Oktober 2016, Dini Hari. Di tulis dipojok dinding kamar kos yang sunyi senyap.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline