Per tanggal 16 Agustus 2023, DKI Jakarta tercatat menempati urutan ke-1 sebagai kota dengan polusi terburuk di dunia. Buruknya udara di Jakarta 13 kali lipat dari batas aman yang ditetapkan oleh WHO. Hal itu terlihat dalam perhitungan indeks kualitas udara (Air Quality Index) di wilayah tersebut yang mencapai 172.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta melaporkan setiap bulan terdapat 100 ribu warga yang terdampak Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Salah satu Penyebab utamanya adalah perubahan cuaca.
Gejala umum pada orang yang terkena ISPA meliputi batuk, demam, hidung tersumbat, dll. selain ISPA penyakit lainnya yang muncul akibat polusi udara di antaranya terdapat iritasi mata, penurunan fungsi paru, asma, dan resiko kanker. Kepala Seksi Survei, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, kenaikan ISPA masih sama dengan bulan-bulan sebelumnya. Tidak ada kenaikan yang signifikan dari April hingga Juli 2023
Oleh karena itu, paparan polusi udara saat ini tergolong sangat mengkhawatirkan. Tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik yang salah satunya berupa Infeksi Saluran Pernapasan Atas/Akut (ISPA), namun juga terdapat bukti yang kuat bahwa Polusi Udara juga dapat mempengaruhi kesehatan mental.
Hal ini didukung dari pernyataan yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association (APA) yang berupa "Terdapatnya bukti substansial polusi udara yang turut mempengaruhi kesehatan mental" melalui laman resminya, Sabtu (19/8/23). Kenaikan ISPA masih sama dengan bulan-bulan sebelumnya.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan terhadap para individu di AS dan Denmark menemukan bahwa paparan polusi udara "secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko gangguan kejiwaan", termasuk depresi, skizofrenia, gangguan bipolar, dan gangguan kepribadian. (Kahn, et al).
Clara G. Zundel, Ph.D., juga menyimpulkan dalam laporan Forum Ekonomi Dunia bahwa "Orang yang menghirup udara yang tercemar mengalami perubahan dalam wilayah otak yang mengendalikan emosi, dan akibatnya, mereka mungkin lebih mungkin mengembangkan kecemasan dan depresi daripada mereka yang menghirup udara lebih bersih."
Sebuah pengamatan baru-baru ini mengamati lebih dari 100 penelitian terkait dampak polusi udara luar ruangan terhadap kesehatan mental dan wilayah otak yang mengatur emosi yang terfokus pada hipokampus, amigdala, dan korteks prefrontal. 73% Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala dan perilaku kesehatan mental lebih tinggi dari rata rata pada manusia dan hewan setelah terpapar polusi udara.
Studi lainnya baru-baru ini mengamati dampak potensial pada anak-anak dan remaja yang mungkin sangat rentan karena mereka mengalami periode kritis perkembangan otak. Maka dari itu, diperlukannya bentuk pencegahan yang tepat dan efektif dalam mengatasi dampak pencemaran udara terhadap kesehatan mental. Seperti edukasi dan advokasi mengenai Dampak polusi udara terhadap kesehatan mental, menjaga kesehatan tubuh, mengelola stress, dan mencari bantuan profesional (yang dalam konteks ini apabila polusi udara mempengaruhi kesehatan mental Anda).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H