Kamu ingat tidak? Sejak umur berapa kamu diminta ibumu membantu mencuci piring? Berat banget, kan, ya? Tidak hanya kamu saya juga merasakannya.
Bagi perempuan rasanya kita tidak bisa melarikan diri dari kewajiban mencuci piring. Namun sadarkah kamu bahwa ternyata mencuci piring adalah healing yang sangat tepat di saat kamu harus di rumah.
Bisa saja karena kerjaan kantor yang harus dibawa ke rumah sedang menumpuk, atau harus ngelon bayi karena kamu masih punya balita ataupun kamu ingin keluar, tetapi sedang harus berhemat banyak.
Cobalah mencuci piring. Saya yakin seberapa banyak pun piring kotor yang sedang menumpuk di ember atau di wastafel dapur kamu akan terasa asik, jika kamu benar-benar menikmati pakarjaan legend ini.
Entah kapan mulainya, akhir-akhir ini saya senang mencuci piring. Sudah sanat jarang untuk minta bantu kepada keluarga di rumah. Saya lakukan ini sendiri. Terlebih di bulan ramadan, mencuci piring dua kali sehari. Setelah berbuka dan setelah salat Subuh.
Saat mulai mencuci piring, saya berada di mana-mana, otak saya traveling, jalan-jalan. Sementara tangan saya terus bekerja, berpindah dari satu piring ke lainnya.
Saya mulai dari menggosok gelas dengan alasan gelas adalah peralatan rumah yang tidak terlalu kotor, sedikit tersentuh elemen perminyakan. Kemudian, mangkuk kuah, tuppy dan sejenisnya.
Terakhir objek yang saya gosok dengan spon adalah para wajan dan tutupnya. Sendok dan barang kecil lainnya menempati urutan terakhir yang saya gosok.
Kembali bagaimana kemudian mencuci piring dapat menjadi healing bagi saya. Saat melakukan tugas dapaur itu, saya dapat melamunkan banyak hal.
Pada perasaan yang sama alami, seringkali perasaan sedih, kecewa, senang, bahagia semuanya satu persatu menempati ruang pikir saya. Di sini saya sedang merefleksikan kejadian-kejadian saat rasa itu timbul.