Lihat ke Halaman Asli

Akankah Ebola Ganggu Perekonomian Indonesia?

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Akankah Ebola Ganggu Perekonomian Indonesia?

Oleh: Kasan Mulyono

Wabah penyakit menular ebola sungguh mengkuatirkan dunia. Penyakit yang awalnya ditularkan dari binatang ke manusia, lalu dari manusia ke manusia ini sudah menyebar ke banyak negara tidak saja di Afrika namun juga ke Amerika dan Eropa. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa lebih dari 4500 orang telah meninggal dunia karena infeksi ebola yang belum ada obatnya.

Meskipun WHO dan banyak negara telah melakukan kegiatan tanggap darurat untuk mencegah penyebaran ebola lebih jauh lagi dengan melakukan karantina terhadap para pasien dan orang-orang yang terkena kontak dengan pasien ebola dan pemeriksaan penumpang bandara-bandara, namun kekuatiran akan penyebaran ebola masih menghantui dunia.

Dampak Ekonomi

Meskipun belum ada penetapan pelarangan perjalanan akibat wabah ebola, namun penyebaran penyakit ini juga dikuatirkan akan mengganggu perekonomi dunia dan bisa juga berimbas ke Indonesia.

"Ekonomi telah mengalami penurunan sebesar 30% karena ebola," kata Menteri Pertanian, Sierra Leone Joseph Sam Sesay kepada BBC. "Sektor pertanian paling parah terkena dampak ebola karena kebanyakan rakyat Sierra Leone sekitar 66% adalah petani," katanya.

Bank Dunia melaporkan bahwa pusat-pusat perbenjaan di Lagos, Nigeria mengalami penurunan penjualan dari 20 sampai 40%, lebih besar daripada penurunan yang terjadi di Hong Kong saat wabah flu burung SARS.

Bank Dunia menyebutkan dampak jangka pendek yang diukur sampai akhir 2014 dibagi menjadi dua kategori. Pertama, dampak ekonomi langsung dan tidak langsung akibat kontraksi dalam penyediaan tenaga kerja karena sakit dan kematian dan meningkatnya biaya perawatan kesehatan. Kedua, dampak perilaku terkait ketakutan akan penularan sehingga penduduk pindah dari zona yang terinfeksi, penurunan partisipasi tenaga kerja karena orang hanya tinggal di rumah tidak bekerja, perusahaan-perusahaan asing mengevakuasi karyawannya (dan modal) dan menutup perbatasan untuk ekspor.

Perekonomian Liberia, Guinea dan Sierra Leone terdiri dari sektor pertambangan, pertanian dan jasa, yang mungkin menyebabkan dampak negatif terhadap perekonomian secara keseluruhan karena ebola. Sektor pertambangan di ketiga negara ini didominasi oleh pertambangan bijih besi, namun juga ada sedikit tambang emas dan intan. Sektor ini menyumbang 17% GDP Liberia. ArcelorMittal (MT), perusahaan pertambangan terbesar di negara ini, telah memutuskan untuk menunda investasinya untuk meningkatkan kapasitas produksi dari 5,2 juta ton bijih besi menjadi 15 juta ton; dan China Union, perusahaan tambang terbesar kedua telah menutup operasinya sejak Agustus 2014. Sebagai akibatnya, prakiraan pertumbuhan sector pertambangan oleh Bank Dunia untuk 2014 telah diperbarui dari 4,4% menjadi 1,3%.

Sektor pertanian terkena dampak serius di ketiga negara. Pertanian mencakup hamper seperempat GDP Liberia dan mempekerjakan hamper separuh dari angkatan kerja. Mobilitas tenaga kerja yang berkurang dan migrasi penduduk ke zona-zona yang lebih aman, penundaan investasi oleh perusahaan asing karena evakuasi tenaga kerja asing telah berdampak pada pertanian ekspor dan dalam negeri. Akibatnya, Bank Dunia memperbarui perkiraan pertumbuhannya dari 3,5% menjadi 1,3%. Juga karena ditinggalkannya pertanian-pertanian yang lebih kecil yang menghasilkan bahan pangan untuk kebutuhan domestik, Bank Dunia memperkirakan bahwa Liberia akan mengalami kekurangan pangan yang bisa mendorong pada meningkatnya harga bahan pangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline