Lihat ke Halaman Asli

Karyo Sumarto

Seorang lulusan sekolah menengah atas di surakarta, S1 sebuah perguruan tinggi negeri di Semarang dan dropout dari S2 perguruan tinggi negeri di Jogja, bukan anggota LSM, bukan aktifis HAM, bukan pengamat khusus, bukan pula politisi, bukan PNS dan masih berusaha memaksimalkan potensi diri... hanya ingin menulis rasa

Akankah Kerusuhan Tahun 1998 Terulang ?

Diperbarui: 15 Maret 2016   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Baca berita, artikel, comment, meme di media saat ini sudah luar biasa parahnya, pikiran jernih sudah tidak dipakai lagi, isu SARA selalu dibawa, isi kebun binatang bertebaran, kata-kata kotor seperti hal biasa, plintiran akan fakta sudah biasa, opini dikemas layaknya berita sebagai sebuah fakta.

Bahkan bilamana Aturan tentang Ujaran kebencian diberlakukan dengan sepenuhnya niscaya Indonesia harus membangun 10.000 penjara baru, karena penjara lama tidak muat.

Kalau dulu kesannya mayoritas adalah penindas sekarang tidak lagi, tidak sedikit mayoritas yang kena bully, kalau dulu salah satu etnis seperti jadi bahan diskriminasi, sekarang tidak lagi, serangan membabi buta sudah dilakukan oleh kedua belah pihak, mayoritas maupun minoritas, mayoritas tidak bisa lagi melindungi minoritas, minoritas tidak bisa lagi menghargai mayoritas.

Saya prihatin dengan kondisi ini, takut kejadian sampit, kejadian poso, pembasmian etnis di rwanda, pembasmian etnis di bosnia dan kejadian pembasmian etnis china di jakarta tahun 1998 terulang lagi.  Saya ngeri membayangkannya.  Akankah gempa-gempa kecil ini berahir dengan "Meletus".

Ngeri-ngeri tidak sedap membayangkannya, tapi kadang saya gedek-segedeknya terhadap kebodohan orang-orang tersebut, sempat terfikir apakah memang sebaiknya meletus saja sekalian biar pada dapat pelajaran, dan setelah meletus bisa dibangun ulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline