Lihat ke Halaman Asli

Halaqoh Cinta

Diperbarui: 7 Oktober 2016   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                Semua luka ada obatnya, semua rasa sakit pasti ada penawarnya. Termasuk rasa sakit disini. Dihati ini. Aku percaya itu dan aku percaya Tuhan tak menciptakan semua rasa sakit tanpa ada obatnya. Tuhan tak menciptakan sesuatu tanpa ada pasangannya. Iyah, semua akan menemukan penyempurna diri yang penuh kekurangan ini. Semua diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi yang tidak lengkap dan Tuhan akan mempertemukan jika waktunya telah tiba.

Hampir habis harapanku ketika mengingat betapa sakit luka yang kau tinggalkan didasar hati. Hampir tak ada lagi rasa percaya bahwa cinta sejati itu ada. Hampir hilang asa bahwa benar-benar ada hamba yang senantiasa mencintai karenaNya. Aku tau, kecewaku ini bukan karena siapa-siapa, tapi karna harapan yang begitu besar tak ku imbangi dengan kesiapan hati bilamana semua terjadi tak seperti yang ku inginkan. Kini aku tahu, harapan itu hanya bisa ku sandarkan pada Tuhanku, bukan pada hamba Tuhanku yang sama-sama tak memiliki kuasa atas kehendakNya.

                Terisak-isak tangisku. Tersekat nafasku. Ingin kukuras semua air mata ini. Agar esok aku telah lahir sebagai seorang wanita tegar tanpa air mata. Dalam sujud terakhir disholat isya’ku, aku menungkan do’a pada Rabb-ku. Aku menuangkan kegundahanku atas apa yang aku rasakan. Berharap setiap langkah yang aku ambil berdasarkan petunjukNya. Berharap setiap langkah yang aku ambil tak lagi meninggalkan penyesalan.

                Waktu berlalu, malam itu kau datang menemuiku dan kita sepakat untuk mcinengakhiri semua kisah yang sudah kita rajut 2 tahun silam. Memilih berjalan sendirian tak beriringan dengan jalan yang berbeda pula. Kita membicarakan semua hal dengan baik dan mempertimbangkan segala sesuatu agar tak ada satu pun yang tertinggal dalam hati.

                Meski lelah pikiranku, lelah hatiku, dan terasa sakit disetiap sudut kenangan terputar dalam memoriku. Aku percaya, malam ini keputusan kita adalah keputusan yang terbaik untuk kita berdua. Jika memang aku tercipta dari tulang rusukmu, dengan cara apa pun Allah akan mempertemukanku kembali denganmu untuk menyempurnakan dirimu. Jika tidak, maka aku akan selalu berdo’a agar kau mampu menemukan wanita sholehah untuk menyempurnakan imanmu, begitu pula dengan diriku.

Dan malam itu juga aku telah berjanji pada diriku, aku tak ingin mengulang kesalahan yang sama. Untuk memiliki hubungan tak halal dengan seorang hamba. Karna aku percaya, Tuhanku cemburu. Tuhanku ingin aku lebih dekat denganNya, bukan dengan hambaNya. Karena cintaNyalah, seorang hamba bisa mencintai. Karena cintaNyalah, cinta sejati seorang hamba akan terlahir dan aku akan menunggu kamu. Entah kamu siapa, namun aku percaya kamu adalah kamuku yang telah Tuhanku tulis dalam lauhul mahfudzku.

****

                Enam bulan berlalu dari hari itu. Aku sudah menemukan diriku yang baru. Aku sudah merasakan cinta Tuhan begitu besar untuk diriku. Aku sudah berusaha dan belajar bahwa ikhlas itu indah dan aku selalu belajar untuk mencintai sesuatu karena Allah. Karena aku takut jauh lagi dari Tuhanku dan aku tak ingin merasakan sakit yang sama.

                Entah sudah berapa banyak yang datang, tak satu pun yang dapat meyakinkan diri kalau masa lalu itu benar-benar tak akan terjadi lagi. Rasa takut untuk memulai selalu ada dan aku memilih untuk benar-benar menikmati cinta ini hanya pada Rabb-ku. Aku selalu meyakini, bila aku dicintai seorang hamba, itu hanya bagian kecil dari akibat aku mencintai Rabb-ku.

                Kamu, entah kamu yang mana. Perlu menyadari apa yang coba aku sadari selama ini. Kamu akan menemukan sesuatu yang kamu inginkan bilamana kamu mendekat dengan pemiliknya. Sama seperti itu pula ketika mencintai hambaNya. Allah tahu apa yang hamba butuhkan, dan Dia selalu mendatangkan sesuatu itu ketika waktunya telah tiba.

                Aku menikmati perjalanan ini. Meski jalan yang kulalui tak selalu dan melulu indah, namun ketika hati tertaut padaNya, bibir bahkan hati tak akan memiliki kesempatan untuk mengeluh dengan apa yang sudah terjadi. Dalam do’a, ku curahkan kerinduanku. Kususun bait cintaku agar tak ternoda dengan sesuatu yang Rabbku tak suka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline