Lihat ke Halaman Asli

Karunia Indah Dwi lestari

22107030003_uin suka

"Najur dan Nyeser", Cara Masyarakat B15 Memperoleh Ikan yang Banyak

Diperbarui: 4 Maret 2023   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi pribadi

Ikan adalah salah satu hewan yang bisa dimakan dan mudah untuk memperolehnya, bisa dengan membeli di pasar ikan atau memancing di sungai. Dengan banyaknya sungai-sungai yang tersebar di pulau-pulau Indonesia, menjadikan sebagian warga Indonesia bekerja sebagai Nelayan. 

Satu dari sekian banyaknya warga Indonesia, ada warga yang tinggal di B15 (sekelompok orang yang merantau untuk menghidupi keluarganya dengan bekerja di perusahaan) tersebut mengisi waktu selain bekerja (di perusahaan) juga sebagai nelayan dan petani. 

Nelayan dalam artian mencari ikan dan Petani dalam artinya berkebun seperti menanam sayur-sayuran untuk mengurai pengeluaran mereka. Dikarenakan B15 masih asri, dikelilingi oleh sungai, dan masih banyak lahan kosong jadi dimanfaatkan oleh penduduk tersebut. 

Mereka berkebun dengan memanfaatkan lahan yang kosong dengan menanami sayuran dan buah-buahan seperti daun singkong, cabe, bayam, pisang, jambu,dan berbagai sayur dan buah yang bisa tumbuh di daerah tersebut. 

Selain berkebun mereka juga mencari ikan. Ikan ini sangat mudah diperoleh sebab banyaknya sungai yang berada di B15 tersebut. Salah satu cara mereka memperoleh ikan yang banyak adalah dengan Najur. 

Apa itu Najur ?. Najur adalah memancing ikan tetapi tidak ditunggu dan dilakukan di malam hari. Maksudnya adalah kita hanya memasang umpan pada kail, kemudian kita lempar umpannya ke sungai yang kira-kira ada ikannya, lalu tancapkan pegangan pancing ke tanah dalam jumlah banyak namun berjarak. 

Jadi tidak hanya satu pancing saja tapi bisa sampai 10-30 pancing yang kita pasangi kail dan umpan. Pancingnya bukan pancing yang biasanya dipakai kebanyak orang umum lainnya, namun pancing tersebut terbuat dari pelepah sawit sebagai tongkatnya dan senar sebagai talinya lalu umpannya berupa katak atau cacing kalung (cacing pita). 

Cara memperoleh katak tersebut yaitu menombaknya dengan bambu yang ujungnya runcing, yang berada di pinggiran parit atau selokan, sedangkan cacing kalung diperoleh dari jangkos (limbah dari sawit yang bukan berupa air) yang telah menyatu dengan tanah. Setelah menancapkan semua pegangan pancing ke tanah,lalu kita tinggal. 

Jadi jika kita memasang pancing jam 10 malam, maka kita akan kembali melihatnya lagi jam 6 pagi. Jam 6 pagi tersebut dapat dipastikan bahwa sebagian pancing sudah mendapat ikan sedangkan sebagian lain umpannya sudah hilang tanpa hasil apapun. 

Yang perlu dilakukan selanjutnya adalah kembali memasang umpan yang hilang dan mulai melepaskan Ikan-ikan yang diperoleh dari kail tersebut kedalam tempat ikan, serta memasang umpan baru. Hal tersebut akan berulang-ulang terjadi sampai kita sendiri bosan karena memakan ikan terus menerus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline